Cermati, ini dampak merger bank BUMN syariah pada saham BRISyariah (BRIS)

Kamis, 22 Oktober 2020 | 07:30 WIB   Reporter: Anggar Septiadi, Nur Qolbi
Cermati, ini dampak merger bank BUMN syariah pada saham BRISyariah (BRIS)


BUMN - JAKARTA. Merger bank BUMN syariah akan berpengaruh ke publik. Pasalnya, porsi saham publik pascamerger di PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) akan turun menjadi 4,4% dari saat ini 18,47%.

BRISyariah akan menjadi surviving entity setelah penggabungan usaha dengan PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Adapun pascamerger komposisi kepemilikan BRI Syariah adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 51,2%, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) 25,0%, BRI 17,4%, DPLK BRI-Saham Syariah 2% dan publik 4,4%.

Per September 2020, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memiliki 73% saham BRIS, masyarakat mengempit 18,47%, dan DPLK BRI-saham syariah 8,53%. 

Dilusi kepemilikan publik bakal melanggar ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mewajibkan kepemilikan saham publik atawa free float sebesar 7,5%. Meski demikian, Direktur Utama BEI Inarno Djayadi bilang Bursa bakal memberikan waktu bagi bank hasil merger untuk menambah saham beredar. Inarno menambahkan, setidaknya BRIS pascamerger bisa diberikan waktu satu hingga dua tahun untuk memenuhi free float.

Baca Juga: Ngeri, bank BUMN konvensional dan syariah dipimpin oleh mantan bankir Bank Mandiri

"Investor publik BRIS tentu tidak mengharapkan dilusi sebesar itu meski BRIS nantinya wajib melakukan refloating supaya memenuhi ketentuan minimal free float 7,5%," kata Kepala riset Samuel Sekuritas Suria Dharma, Rabu (21/10).

Bagi pemilik saham BRIS yang tidak setuju dengan merger ini, Bank Rakyat Indonesia membuka penawaran untuk membeli saham-saham publik. Dalam rancangan penggabungan usaha yang diterbitkan BRIsyariah, harga pembelian yang ditawarkan BRI adalah sebesar Rp 781,29 per saham.

Harga tersebut berasal dari penilaian valuasi BRIsyariah per Juni 2020 yang senilai Rp 7,59 triliun atau setara Rp 781,29 per saham. Harga penawaran beli BRIS oleh BRI yang sebesar Rp 781,29 per saham tidak jauh berbeda dengan book value per share (BVPS) per Juni 2020 yang sebesar Rp 536. Harga pembelian tersebut setara 1,5 kali BVPS, sementara harga aktual BRIS saat ini mencerminkan 2 kali BVPS.

Dengan begitu, meski modal dan aset BRIS bakal naik empat kali lipat setelah merger, harga pembelian tersebut menunjukkan tingkat BVPS yang kurang lebih sama. Padahal, awalnya, pelaku pasar berasumsi akan terjadi kenaikan BVPS setelah merger.

Baca Juga: Saham publik BRISyariah (BRIS) terdilusi akibat merger, ini kata BEI

Suria mengatakan kalau pemegang saham publik BRIS sudah membaca skema merger ini, maka bisa ambil kesempatan jual pada Rabu (21/10). "Pasalnya, sampai dengan akhir sesi I, saham BRIS belum turun begitu dalam," kata dia.

Pada Rabu (21/10), harga saham BRIS merosot 7% ke level Rp 1.395 per saham alias terkena auto rejection bawah. Harga saham BRISyariah sudah melonjak 322,73% sejak awal tahun.

Suria menambahkan, investor publik bisa kembali melihat preferensi masing-masing, apakah valuasi saat ini masih terbilang fair atau tidak. Yang jelas, imbuh Suria, valuasi BRIS saat ini sudah tergolong tinggi bahkan lebih mahal daripada seluruh bank BUMN induk.

Baca Juga: Saham BRISyariah (BRIS) mentok auto rejection bawah setelah mencapai rekor tertinggi

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru