Aksi merger dan akusisi emiten masih semarak, ini faktor pendorongnya

Minggu, 19 September 2021 | 20:04 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Aksi merger dan akusisi emiten masih semarak, ini faktor pendorongnya

ILUSTRASI. Aksi merger dan akuisisi masih semarak di kalangan perusahaan terbuka (emiten).


EMITEN - JAKARTA.  Aksi merger dan akuisisi masih semarak di kalangan perusahaan terbuka (emiten). Teranyar,  PT Indosat Tbk (ISAT) melakukan merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri). Nilai transaksi diperkirakan mencapai US$ 6 miliar

Grup Djarum melalui PT Global Digital Niaga (Blibli.com) juga mengumumkan rencana akuisisi 51% saham PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC). Langkah ini diambil sebagai strategi untuk mempercepat perluasan ekosistem bisnis perusahaan e-commerce milik Group Djarum tersebut.

Sebelumnya, GoTo lewat Gojek sudah lebih dulu melakukan investasi di PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), emiten terafiliasi Grup Lippo yang mengelola jaringan ritel Hypermart.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, merger dan akuisisi yang marak dilakukan utamanya di segmen teknologi tidak terlepas dari adanya perpindahan (konversi) gaya hidup masyakarat, dari konvesional menuju digital akibat pandemi. Pandemi ‘memaksa’ konversi tersebut berlangsung lebih cepat dan ternyata cukup berhasil di masyarakat.

Baca Juga: Diwarnai kolaborasi dan akuisisi, hubungan ritel online-offline kian mesra

Hal inilah yang mendorong sejumlah perusahaan digital seperti Blibli hingga Gojek bergerak cepat untuk mengakusisi bisnis konvensional. Nico menilai, perusahaan rintisan ini melihat gambaran besar dimana sektor teknologi dan digital akan menjadi tren  pada 3 tahun  sampai 5 tahun ke depan.

“Sekarang sejauh mana teknologi tersebut mampu menciptakan ekosistem yang membuat user-nya ketergantungan. Semakin ekosistem yang dibagun itu bagus, semakin user akan ketergantungan,” terang Nico kepada Kontan.co.id, Minggu (19/9).

Contoh sederhananya adalah merger antara dua perusahaan besar, yakni Gojek dan Tokopedia. Gojek memiliki kekuatan di industri transportasi dan logistik, sedangkan Tokopedia merupakan salah satu leading e-commerce dan market place di tanah air.  Di sisi pembiayaan, ekosistem ini memiliki PT Bank Jago Tbk (ARTO). “Mereka berkolaborasi, dalam suatu kebutuhan bisnis yang besar,” kata Nico.

Pandemi juga dinilai menjadi momentum yang tepat untuk melakukan akuisisi dan merger. Sebab, perusahaan yang memiliki dana besar bisa mendapatkan/mengambil alih perusahaan lain dengan harga yang lebih sesuai.

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai, aksi merger dan akusisi akan didorong oleh bermacam faktor. Nampaknya, dalam kondisi pandemi ini ada bisnis yang tertekan sehingga membutuhkan kucuran dana. Pihak yang membutuhkan dana ini, tergerak untuk menjual asetnya.

”Atau sebaliknya, ada pihak-pihak yang diuntungkan dengan pandemi sehingga mempunyai dana berlebih yang bisa dipakai untuk mengakuisisi, terutama bisnis/grup yang sedang susah sehingga harga akuisisi lebih menarik,” terang Chandra kepada Kontan.co.id, Minggu (19/9).

Menariknya aksi merger dan akusisi yang semarak saat ini akan tergantung kepada rincian bisnis plan yang sejauh ini belum terlalu mendetail. Sehingga, agak sulit menilai dampaknya bagi emiten pasca merger dan akuisisi. Namun, Chandra mengingatkan, tidak semua merger/akuisisi mendapatkan dampak yang positif secara instan. 

 

Selanjutnya: Bersiap akuisisi Supra Boga Lestari (RANC), begini rencana Blibli.com

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat

Terbaru