Kinerja BBRI diproyeksi semakin moncer pasca rights issue, ini rekomendasi analis

Rabu, 04 Agustus 2021 | 06:50 WIB   Reporter: Achmad Jatnika
Kinerja BBRI diproyeksi semakin moncer pasca rights issue, ini rekomendasi analis


EMITEN -  JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) akan melaksanakan rights issue  yang telah disetujui di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Juli 2021. 

Dalam rights issue ini BBRI akan menjadi holding ultra-mikro dengan mengambil alih saham pemerintah RI di Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM). BBRI akan menerbitkan saham baru sebanyak 28.677 miliar saham dengan nominal Rp 50 per lembar saham atau setara 23,25% saham BBRI saat ini.

Nilai transaksi inbreng akan mencapai Rp 54,77 triliun dan perkiraan dana tunai yang didapatkan dari rencana penawaran umum terbatas (PUT) I maksimal akan bernilai Rp 41,15 triliun. 

Pertimbangan di balik rights issue BBRI menurut manajemen adalah untuk mempertahankan level rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) karena tanpa adanya rights issue CAR turun ke level 14%, untuk mematuhi peraturan maksimum 35% dari modal, dan proses kas bisa digunakan untuk ekspansi pada segmen ultra-mikro.

Baca Juga: Kredit UMKM bisa bertambah Rp 280 triliun pada 2024 berkat adanya holding ultra mikro

Dengan adanya tambahan modal dari proses tersebut, Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella dalam risetnya yang dirilis pada 17 Juni 2021 menilai bahwa BBRI dapat mencapai CAR sebesar 22%-23% di tahun ini, dan setelahnya minimal berada di angka 20%, dengan asumsi pertumbuhan kredit 14% dalam lima tahun ke depan.

Head of Equity Research Suria Darma melihat, per 31 Maret 2021, Pegadaian dan PNM memiliki total aset sebesar Rp 107,5 triliun dengan total ekuitas Rp 31,3 triliun, sehingga menurutnya nilai akuisisi yang masih menarik adalah tidak lebih dari Rp 62,3 triliun.

Di sisi lain, ia melihat bahwa penambahan ekuitas juga harus diimbangi dengan pertumbuhan kredit yang berimbang, sehingga tingkat rasio pengembalian ekuitas atau return on equity (RoE) dapat dipertahankan.

Baca Juga: Holding ultra mikro beri efek domino penyerapan tenaga kerja

“Dengan adanya rights issue ini, kapitalisasi pasar BBRI berpotensi mendekati atau melebihi Rp 600 triliun,” katanya

Suria Dharma menilai dengan bersarnya rencana right issue ini, untuk jangka pendek ia memperkirakan akan ada tekanan terhadap harga saham BBRI, karena bobotnya yang tinggi di portofolio investor maupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sementara itu Analis CGS-CIMB Yulinda Hartanto dalam risetnya yang dirilis pada 7 Juni 2021 menilai bahwa rencana rights issue ini akan mendorong bottom line BBRI sebanyak 12%-13% di tahun ini.

Erni juga melihat bahwa BBRI mengidentifikasi empat sumber nilai sinergi yang diciptakan oleh ekosistem ultra-mikro baru, yaitu pertumbuhan pinjaman yang tinggi, biaya kredit yang lebih baik, efisiensi opex dari co-location, dan efisiensi CoF karena Pegadaian dan PNM dapat mengakses pendanaan yang lebih murah dari BBRI.

Di tahun ini, Erni menilai BBRI akan membukukan Rp 88,11 triliun net interest income (NIM) atau naik 11,24% secara year on year (yoy), dengan laba bersih mencapai Rp 32,2 triliun atau naik 72,81% secara yoy.

Baca Juga: Diwarnai sejumlah aksi korporasi, begini rekomendasi saham BBNI

Sementara itu, Suria Dharma menilai BBRI akan membukukan Rp 89,60 NIM, atau kenaikan 13,12% secara yoy, dengan laba bersih mencapai Rp 32,77 triliun atau naik 75,68% secara yoy.

Yulinda melihat bahwa net interest margin (NIM) BBRI dapat meningkat meskipun ada tantangan dari potensi biaya yang lebih tinggi, karena adanya persaingan dari bank digital yang semakin ketat, dan pertumbuhan pinjamannya yang meningkat.

Dengan meningkatnya proporsi pinjaman mikro, dan mengorbankan segmen korporasi, NIM-nya dinilai Yulinda akan meningkat, mengingat segmen mikronya menghasilkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan segmen korporasi, misalnya menurut catatan Yulinda di akhir Maret pinjaman mikro berada di total 40% dari total pinjaman BRI.

Ke depannya, Erni juga melihat bahwa BRI akan memiliki target nasabah yang lebih luas jangkauannya. Di segmen ultra-mikro BBRI saat ini melayani sekitar 3 juta nasabah dan gabungan antara PNM dan Pegadaian 9 juta nasabah ultra mikro, sementara ia melihat di segmen ini potensial mencapai 45 juta nasabah.

Suria merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 5.300 per saham. Erni merekomendasikan beli dengan target harga Rp 5.250 per saham. Sedangkan Yulinda merekomendasikan add dengan target harga Rp 4.900 per saham.

Selanjutnya: Efek Rights Issue Jumbo Menentukan Prospek Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru