Simak proyeksi BRI Danareksa pada saham emiten rokok

Senin, 27 September 2021 | 06:35 WIB   Reporter: Achmad Jatnika
Simak proyeksi BRI Danareksa pada saham emiten rokok

ILUSTRASI.


EMITEN -  JAKARTA. Pemerintah menargetkan pertumbuhan cukai 11,9% secara year on year (yoy) pada tahun 2022, atau berkisar di total Rp 203,92 triliun. Angka pertumbuhan 11,9% ini dari perkiraan pendapatan cukai Rp 182,2 triliun di tahun 2021. 

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto, dalam risetnya melihat, intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan akan dilakukan untuk mendukung target penerimaan cukai tahun 2022. Untuk ekstensifikasi, APBN 2022 menetapkan produk plastik sebagai objek pajak tambahan.

Menurutnya, target ini perlu menunggu Permenkeu untuk melihat apakah penyederhanaan cukai diterapkan pada 2022 selain detail tentang struktur cukai, karena saat ini ada tekanan pendapatan yang dihadapi oleh perusahaan rokok - terutama yang berada di kategori tingkat-1 atau tier-1. 

Ia juga melihat, antara tahun 2017 hingga tahun 2019, realisasi penerimaan cukai tercatat tumbuh rata-rata sebanyak 5,3% per tahun, yang didukung oleh pembayaran cukai, dan penyesuaian tarif cukai.

Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) diprediksi mampu menjual 80 miliar batang rokok tahun ini

“Pada tahun 2020, realisasi penerimaan cukai mengalami kontraksi 0,2% yoy, menyusul pemberlakuan pembatasan mobilitas sosial yang menghambat kegiatan ekonomi,” kata Natalia dalam risetnya yang dirilis 18 Agustus 2021.

Di bulan Juni 2021, Natalia mengamati, Kementerian Keuangan melaporkan penerimaan cukai di bulan Juni meningkat sebanyak 90,3% secara yoy, yang didukung oleh pelonggaran pembayaran cukai menjadi 3 bulan.

Menurutnya, hal ini menyebabkan penerimaan cukai di semester I/2021 menjadi sebesar Rp 88,5 triliun, atau naik 21,4% secara yoy. Ini juga menurutnya didukung oleh pergeseran dari pembayaran cukai dan penyesuaian pajak cukai 2021, dengan rata-rata sebanyak 12,5%. 

Realisasi penerimaan cukai semester I/2021 sudah mencapai 51% dari proyeksi APBN 2021, yang sebelumnya ditargetkan Rp 172,8 triliun.

Baca Juga: Indeks Transportasi dan Logistik menghijau, analis rekomendasikan saham-saham ini

Natalia melihat, dalam anggaran pemerintah tahu 2022, tidak dirinci proporsi penerimaan dari cukai hasil tembakau dan cukai lainnya. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, cukai hasil tembakau memberikan 95%-97% dari total penerimaan cukai pemerintah. 

Sebelumnya, dalam pandangannya, dengan asumsi pemulihan ekonomi akan berlanjut di kuartal III/2021, dan seterusnya, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) secara bertahap akan mengenakan cukai yang lebih tinggi untuk mempertahankan margin. 

Namun, dengan adanya pembatasan sosial di kuartal III/2021, maka ini membuat produsen rokok kesulitan untuk menaikkan harga di tengah daya beli yang lemah.

Baca Juga: Grup Band dan Pengusaha Mulai Keranjingan Bisnis Rokok Elektronik

Natalia memandang, ketidakmampuan produsen rokok untuk mengenakan pajak cukai yang lebih tinggi akan memberikan tekanan pada pendapatan mereka di masa mendatang. 

Natalia menaksir, walaupun prospeknya sedang tidak menarik, ia percaya valuasi sektor emiten rokok sudah berada di bawah, maka ia mempertahankan netral di sektor ini. di antara GGRM dan HMSP, ia menilai HMSP lebih menarik, karena portofolio produknya yang lebih luas, sehingga dapat memenuhi permintaan di perdagangan yang sedang lemah.

Natalia merekomendasikan HMSP hold dengan target harga Rp 1.340 per saham, sedangkan GGRM direkomendasikan hold dengan target harga Rp 32.000 per saham.

Selanjutnya: Mirae Asset rekomendasikan trading buy HMSP seiring proyeksi cukai SKT tidak naik

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru