Wall Street koreksi, S&P 500 dan Nasdaq anjlok terseret aksi jual saham teknologi

Selasa, 11 Mei 2021 | 08:00 WIB Sumber: Reuters
Wall Street koreksi, S&P 500 dan Nasdaq anjlok terseret aksi jual saham teknologi


WALL STREET -  NEW YORK. Wall Street ditutup melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Bahkan, indeks S&P 500 dan Nasdaq anjlok setelah aksi jual mewarnai sektor teknologi. Indeks Dow Jones pun gagal mempertahankan keuntungan yang sudah dicetak dalam tiga hari berturut-turut. 

Senin (10/5), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 34,94 poin atau 0,1% menjadi 34.742,82, indeks S&P 500 pun melemah 44,17 poin atau 1,04% ke 4.188,43 dan indeks Nasdaq Composite anjlok 350,38 poin atau 2,55% menjadi 13.401,86.

Dari 11 sektor utama di S&P 500, enam sektoral ditutup melemah. Sektor teknologi menjadi top loser setelah ambles 2,5% pada perdagangan tersebut.

Sementara itu, saham sektor industri dan perawatan kesehatan berhasil membatasi pelemahan Dow Jones, tetapi rata-rata saham blue-chip berbalik arah di akhir sesi untuk menghentikan rekor penutupan tertinggi yang dicetak Dow Jones selama tiga hari berturut-turut.

Kegelisahan pasar terhadap tingkat inflasi membuat investor menjauh dari saham-saham yang paling diuntungkan saat ekonomi dibuka kembali.

"Pasar tidak melakukan semuanya dengan baik tahun ini," kata Paul Nolte, Portfolio Manager Kingsview Asset Management di Chicago. "Ada rotasi umum di pasar dari saham pertumbuhan ke sektor bagian lainnya," tambah dia.

Hal tersebut terjadi karena pasar menilai, kebangkitan permintaan bertabrakan dengan pasokan bahan bakar yang terbatas, yang akhirnya membantu memicu kekhawatiran inflasi.

"Setelah jalur pasokan dapat kembali normal, keraguan itu akan hilang. Tetapi hal tersebut memakan waktu," tambah Nolte. 

Baca Juga: Wall Street: Dow Jones sentuh level tertinggi sepanjang masa, terangkat saham energi

Tingkat impas pada Treasury Inflation-Protected Securities (TIPS) untuk tenor lima tahun dan 10 tahun, masing-masing menyentuh level tertinggi sejak 2011 dan 2013.

"Masih ada beberapa dorongan dan tarikan, apakah pasar percaya lonjakan inflasi sementara atau sesuatu yang akan bertahan," ujar Nolte.

Kekhawatiran inflasi akan menjadi perhatian investor ketika Departemen Tenaga Kerja merilis laporan CPI terbaru pada hari Rabu (12/5).

Percobaan untuk menghentikan serangan ransomware di jalur pipa milik Colonial Pipeline memasuki hari keempat, membuat jaringan bahan bakar terpincang-pincang. Padahal jalur pipa milik Colonial Pipeline ini mengangkut hampir setengah dari pasokan bahan bakar di East Cost. 

Musim pelaporan kuartal pertama telah memasuki fase akhir, dengan 439 perusahaan di indeks S&P 500 telah melaporkan pada akhir pekan lalu. Berdasarkan data Refinitiv IBES, dari jumlah tersebut, 87% telah melampaui ekspektasi konsensus. 

Analis sekarang melihat rata-rata pertumbuhan pendapatan di S&P 500 sebesar 50,4% secara tahunan (yoy), lebih dari dua kali lipat dari perkiraan pada awal April dan secara signifikan lebih baik daripada pertumbuhan kuartal pertama yang diharapkan pada 1 Januari yang berada di level 16%, menurut Refinitiv.

Sementara itu, saham operator hotel Marriott International Inc turun 4,1% setelah kehilangan ekspektasi laba kuartalan dan pendapatan karena pemesanan AS yang lemah yang mengimbangi rebound di China.

Setelah bel, saingannya Wynn Resorts Ltd melewatkan pendapatan kuartalan dan perkiraan pendapatan. Sahamnya naik dalam perdagangan setelah jam kerja.

Saham kendaraan listrik tertekan di awal pekan, dengan Tesla Inc ambles 6,4% dan saham Fisker koreksi 9,0% setelah pendapatan Workhorse Group meleset dari ekspektasi kuartalan. Saham Workhorse pun anjlok 14,9% pada hari itu.

Sementara itu, saham FireEye naik 1,2% setelah sumber industri mengidentifikasi perusahaan keamanan siber tersebut menjadi salah satu perusahaan yang membantu Colonial Pipeline untuk memulihkan jaringan dari serangan siber baru-baru ini.

 

Selanjutnya: Korea Selatan: Waktunya untuk ambil tindakan atas Korea Utara

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru