VALUTA - JAKARTA. The Fed akan menggelar pertemuan September pada pekan ini. Agenda ini menjadi penantian para pelaku pasar seiring kemungkinan The Fed yang akan mengumumkan sikap mereka mengenai rencana tapering.
Seperti yang diketahui, pada FOMC Meeting sebelumnya, The Fed sudah sempat mengumumkan rencananya akan melakukan tapering pada akhir tahun ini. Namun, detail mengenai kapan dan seperti apa mekanismenya belum diumumkan. Oleh karena itu, pasar berharap rapat kali ini sudah memberikan kepastian mengenai kedua hal tersebut.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal melihat, arah pergerakan pasar uang akan ditentukan terlebih dahulu oleh hasil rapat tersebut. Menurutnya ada dua pelunang kemungkinan hasil rapat tersebut.
Baca Juga: Safe haven akan saling tarik dari hasil pertemuan The Fed
Pertama, The Fed memastikan akan melakukan tapering dengan membagikan informasi mengenai teknis pelaksanaan dan timeline-nya. Sementara opsi kedua, The Fed belum akan memberikan kepastian kapan akan melakukan tapering.
“Pada rapat-rapat sebelumnya, beberapa anggota The Fed memang sudah hawkish, tapi Jerome Powell kan masih dua arah. Baru akan melakukan pengetatan moneter ketika data ekonomi AS sudah benar-benar membaik.
“Masalahnya kan, data inflasi dan ekonomi AS lainnya belakangan memang sudah membaik, tapi data tenaga kerja kan masih buruk. Jadi ini masih membuka peluang Powell untuk kembali dua arah,” jelas Faisyal ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/9).
Menurutnya, jika The Fed hawkish dan jelas kapan pelaksanaan tapering-nya, maka memegang dolar AS adalah pilihan paling baik. Pasalnya, the Greenback akan menjadi incaran pelaku pasar dan harganya akan menguat. Sehingga mata uang utama lainnya akan mengalami pelemahan di hadapan dolar AS.
Namun, jika ternyata The Fed masih belum jelas mengenai tapering, Faisyal melihat mata uang poundsterling dan euro akan jadi mata uang utama dengan arah pergerakan yang menarik.
Ia menyebutkan, bank sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Inggris (BoE) sama-sama akan melakukan pengetatan moneter dengan mengurangi stimulus mengingat data ekonomi yang sudah mulai membaik.
Hal tersebut dinilai akan menjadi katalis positif untuk kedua mata uang tersebut dan berpotensi membuatnya unggul di hadapan dolar AS jika The Fed belum menentukan sikap.
Sekalipun tapering sudah lebih jelas, pelemahan euro maupun poundsterling di hadapan dolar AS akan jadi cenderung terbatas akibat adanya sentimen tersebut.
Hanya saja, Faisyal mengingatkan adanya potensi ketidakpastian untuk mata uang euro dalam waktu dekat. Hal tersebut merupakan imbas dari akan terjadinya pemilihan umum di Jerman yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Uni Eropa.
Baca Juga: Wall Street jatuh mengawali pekan ini, mata tertuju ke pertemuan The Fed
“Karena Angela Merkel tidak akan maju lagi, jadi ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian untuk mata uang euro,” imbuh Faisyal.
Sementara untuk rupiah, Faisyal melihat jika tapering sudah jelas, mata uang Garuda ini akan mengalami pelemahan seiring pelaku pasar mencari dolar AS sebagai safe haven dan meninggalkan aset berisiko. Namun, jika sebaliknya, rupiah jelas akan diuntungkan dengan pelemahan dolar AS.
Ia memperkirakan, jika The Fed belum mengumumkan teknis tapering, maka rupiah akan berada di kisaran Rp 14.100 - Rp 14.200 per dolar AS. Sementara jika teknis tapering diumumkan, bukan tidak mungkin rupiah akan melemah ke area Rp 14.500 per dolar AS pada akhir tahun.
Sementara untuk pasangan EUR/USD, Faisyal memperkirakan akan berada di level 1,19 pada akhir tahun nanti. Sedangkan untuk GBP/USD bisa menuju area 1,39 pada akhir 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News