5 Saham Naik Kelas Jadi Blue Chip Indeks LQ45 Mulai Nov 2025, Mana yang Prospek Beli?

Rabu, 29 Oktober 2025 | 04:30 WIB
5 Saham Naik Kelas Jadi Blue Chip Indeks LQ45 Mulai Nov 2025, Mana yang Prospek Beli?

ILUSTRASI. 5 Saham Naik Kelas Jadi Blue Chip Indeks LQ45 Mulai Nov 2025, Mana yang Prospek Beli?


Reporter: Rilanda Virasma  | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID. - JAKARTA. Daftar saham blue chip di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali berubah untuk periode November 2025 hingga 30 Januari 2026. Ada lima saham baru yang menjadi anggota LQ45. Apakah saham baru yang identik dengan saham 

BEI kembali melakukan kocok ulang atau rebalancing konstituen indeks LQ45 untuk periode November 2025 hingga 30 Januari 2026. Berikut perubahan konstituen indeks LQ45 menurut pengumuman BEI No. Peng-00601/BEI.POP/10-2025 (27 Oktober 2025:

Masuk ke LQ45:

  • PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
  • PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)
  • PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)
  • PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL)
  • PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Keluar dari LQ45:

  • PT Bank Jago Tbk (ARTO)
  • PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS)
  • PT Jasa Marga Tbk (JSMR)
  • PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA)
  • PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

Baca Juga: Meski Mulai Merah, Saham Lapis 2 Ini Masih Punya Prospek Cerah, Jangan Salah Pilih!

Proses rebalancing ini terjadi di tengah kinerja indeks LQ45 yang terus terpuruk sejak awal tahun. Hingga Selasa (28/10/2025), indeks kumpulan saham paling likuid ini tercatat minus 1,74% di level 822,61 year to date (YtD). Angka ini kalah jauh bila dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah melaju 12,97% YtD.  

Kendati demikian, Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menilai indeks LQ45 masih punya prospek cerah.

Terlebih, sejumlah saham besar yang masih bertahan mulai menunjukkan sinyal pemulihan teknikal disertai potensi kembalinya aliran dana asing yang melirik valuasi murah saham emiten berkapitalisasi pasar jumbo.

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su mengatakan, hadirnya kelima emiten tersebut berpotensi membantu pemulihan kinerja indeks LQ45.

Sebab, saham-saham tersebut berasal dari sektor energi, komoditas, dan kesehatan yang cenderung defensif dan bergerak menguat. 

Hal ini menurut Harry akan menjadikan indeks LQ45 lebih relevan terhadap arus dana institusi dan potensi rotasi ke saham likuid berfundamental kuat. 

Underperformance LQ45 terhadap IHSG berpotensi mengecil pasca rebalancing karena emiten-emiten baru membawa momentum sektor energi dan hilirisasi, sementara DSSA yang memiliki bobot besar bisa menjadi pendorong utama bila sentimen energi dan digital tetap positif,” ujar Harry kepada Kontan, Selasa (28/10/2025).

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga berpendapat, indeks LQ45 memiliki peluang perbaikan hingga akhir tahun, terlebih aksi window dressing telah menanti.

“Hanya saja, kita juga harus melihat apakah sentimen global dan dalam negeri mendukung atau tidak,” tegas Nico, sapaan akrabnya.

Nico menyinggung usulan Morgan Stanley Capital Index (MSCI) untuk melakuan penyesuaian metodologi perhitungan free float khusus untuk konstituen saham Indonesia.

Kabar ini sempat membuat IHSG anjlok lebih dari 3%, dan menurutnya bisa saja menahan laju indeks LQ45 sebab mengundang aksi jual besar-besaran.

Namun demikian, bila merujuk kinerja saham pendatang baru itu, Nico melihat kelimanya mulai memberi sinyal pemulihan berkat membaiknya sentimen global maupun domestik.

Dus, peluang perbaikan indeks LQ45 masih mungkin terjadi. Kehadiran BUMI, DSSA, EMTK, HEAL, dan NCKL juga menurutnya memberi tambahan sentimen pertumbuhan struktural. 

Ekky menimpali, BUMI berpotensi mendapat dukungan dari pemulihan permintaan energi serta peningkatan efektivitas operasional, sementara DSSA memiliki narasi pertumbuhan jangka panjang yang menarik dari portofolio energi terbarukan hingga data center. 

Sementara itu, EMTK memperlihatkan perbaikan profitabilitas seiring konsolidasi dan monetisasi ekosistem digital serta media. Di sisi lain, HEAL tetap defensif di tengah berbagai kondisi siklus ekonomi karena meningkatnya kebutuhan layanan kesehatan masyarakat. 

Adapun, NCKL berada pada jalur strategis dalam hilirisasi nikel nasional dan rantai pasok baterai kendaraan listrik yang menjadi magnet investasi global.

“Perubahan konstituen saat ini lebih mencerminkan penyesuaian teknis, bukan melemahnya sektor tertentu. Khusus sektor keuangan misalnya, keluarnya beberapa nama tidak mencerminkan pergeseran fundamental. Justru sektor ini tetap menjadi pilar utama perekonomian dan pasar modal Indonesia,” imbuh Ekky.

Tonton: Cerita Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Awal Mengenal Riza Chalid

Rekomendasi Saham

Dari sisi rekomendasi, investor disarankan Ekky dapat mencermati beberapa konstituen baru yang memiliki momentum teknikal dan prospek jangka panjang menarik. 

BUMI dilihatnya dapat menjadi opsi trading dengan potensi penguatan menuju level support dan resistance Rp 160–170. EMTK juga menurutnya berada di area yang cukup menarik dengan potensi apresiasi menuju Rp 2.000 dalam jangka panjang. 

Sementara itu, NCKL memiliki peluang untuk melanjutkan tren positif dengan target ke area 1.500 sejalan dengan perkembangan hilirisasi dan permintaan terkait material kendaraan listrik.

Harry merekomendasikan beli saham DSSA, BUMI, NCKL, dan HEAL dengan masing-masing target harga Rp 150.000, Rp 170, Rp 1.300, dan Rp 1.800 per saham.

Adapun secara jangka pendek, Nico menilai saham EMTK, HEAL, dan NCKL cukup menarik untuk dikoleksi. Sementara secara jangka panjang, NICO memilih HEAL dengan target harga Rp 1.720.

 

Selanjutnya: Dana Belanja untuk Rekreasi Kian Terbatas

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Hari Rabu 29 Oktober 2025, Kolaborasi Bawa Sukses!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Terbaru