Ada angin segar rencana relokasi, simak rekomendasi emiten kawasan industri berikut

Minggu, 24 Januari 2021 | 16:42 WIB   Reporter: Benedicta Prima
Ada angin segar rencana relokasi, simak rekomendasi emiten kawasan industri berikut

ILUSTRASI. Industri kawasan industri. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/hp.


EMITEN - JAKARTA. Pemerintah melalui BKPM mengumumkan bahwa ada 136 perusahaan yang akan relokasi investasinya di Indonesia. Sebanyak 14 perusahaan sudah memiliki intensi relokasi, dan 122 sisanya potensial.

Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan kabar tersebut dapat menjadi sentimen positif untuk emiten kawasan industri. Sebab bila relokasi tersebut terealisasi maka akan ada peningkatan permintaan lahan. "Untuk emiten yang bisa dilirik ada BEST, DMAS, SSIA dan KIJA. Karena memiliki lahan yg cukup strategis dan secara valuasi masih tergolong murah juga," jelas Sukarno, Minggu (24/1). 

Sukarno merinci price to book value (PBV), debt to equity ratio (DER) dan rasio kas keempat emiten tersebut. 

PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) memiliki PBV 0,38x, DER 0,46x, dan cash ratio 199.8%. PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) memiliki PBV 1,90x, DER 0,22x, dan cash ratio 22,94%. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) memiliki PBV 0,61x, DER 0,95x, dan cash ratio 39%. PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA) memiliki PBV 0,77x, DER 1,25x, dan cash ratio 76,5%. 

Baca Juga: IHSG diramal melemah pada perdagangan Senin (25/1), ini rekomendasi analis

Untuk luas ketersediaan lahan BEST di Bekasi seluas 695 ha, DMAS di Cikarang 1.293 ha, SSIA di Subang 1.250 ha dan KIJA di Bekasi 1.245 ha. 

Kendati keempatnya menarik, Sukarno menilai BEST yang paling menarik karena kondisi valuasi saat ini paling diskon dan keterediaan lahan lumayan besar. "Prospek jangka panjangnya (sektor kawasan industri) menarik. Untuk fundamentalnya masih oke karena rasio utangnya juga masih tergolong rendah," jelasnya. 

Hanya saja saat ini kinerja mayoritas turun semua  akibat kondisi covid-19 ini. Sukarno merekomendasikan beli untuk jangka panjang. Sedangkan untuk jangka pendek, bisa buy on weakness (bow) karena trennya akan turun terlebih dahulu dan belum ada sinyal beli kembali. Adapun potensi kenaikan harga konservatif untuk jangka menengah mencapai 20-35%. 

Selanjutnya: Analis beberkan penyebab penguatan indeks saham sektor properti terhambat

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru