AUM Reksadana Januari Menyusut, Bagaimana Nasib di Februari?

Kamis, 10 Februari 2022 | 06:20 WIB   Reporter: Hikma Dirgantara
AUM Reksadana Januari Menyusut, Bagaimana Nasib di Februari?


REKSADANA - JAKARTA. Sepanjang bulan Januari jumlah dana kelolaan atawa Asset Under Management (AUM) industri reksadana tercatat mengalami penyusutan. Merujuk dari data Infovesta Utama, total AUM industri reksadana tercatat sebesar Rp 548,17 triliun pada Januari .

Jika dibandingkan dengan posisi AUM pada akhir Desember 2021 yang sebesar Rp 553,60 triliun, maka jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,98%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan dana kelolaan dua jenis reksadana, yakni reksadana proteksi dan jatuh tempo menjadi penyebab turunnya AUM industri reksadana.

Adapun, dana kelolaan reksadana terproteksi turun 2,48% secara bulanan menjadi Rp 100,63 triliun pada Januari. Sementara reksadana saham juga turun 1,97% menjadi Rp 127,06 triliun.

Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Pada Januari Menyusut 0,92%

Wawan menjelaskan, turunnya AUM reksadana terproteksi lebih dikarenakan ada produk yang jatuh tempo. Namun, manajer investasi tidak mengganti produk tersebut ataupun mengganti dengan produk baru tapi dengan nominal yang lebih kecil.

“Penurunan dana kelolaan reksadana saham justru cukup mengejutkan karena kinerja indeks saham pada Januari mencatatkan pertumbuhan positif. Namun, kinerja rata-rata reksadana saham justru terkoreksi,” jelas Wawan kepada Kontan.co.id, Rabu (9/2).

Sepanjang Januari 2021, tercatat IHSG berhasil menguat 0,76%. Sementara LQ45 dan IDX30 yang kerap dijadikan acuan produk reksadana saham masing-masing naik 0,88% dan 1,05%.

Sedangkan kinerja rata-rata reksadana saham yang tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index tercatat terkoreksi 1,52%.

Menurut Wawan hal ini tidak terlepas dari beberapa manajer investasi yang kemungkinan menyusun portofolio tidak mengacu ke ketiga indeks tersebut, tetapi lebih banyak saham second liner atau sektor yang kinerjanya buruk.

Alhasil, kinerja reksadana saham yang terkoreksi ikut menyeret Nilai Aktiva Bersih (NAB) turun dan membuat dana kelolaan pun turun.

Ia menambahkan, jika mayoritas reksadana saham mengekor indeks, seharusnya dana kelolaannya bisa tumbuh. Pasalnya, hal ini terjadi di reksadana ETF di mana mencatatkan pertumbuhan AUM sebesar 4,11% dari Rp 14,77 triliun menjadi Rp 15,37 triliun.

“Kalau ETF kan komposisinya mengekor indeks-indeks, tak mengherankan jika dana kelolaannya pada akhirnya tumbuh,” imbuh Wawan.

Lebih lanjut, ia menyoroti dana kelolaan reksadana pasar uang yang tumbuh 0,73% menjadi Rp 111,18 triliun.

Ia meyakini, pertumbuhan dana kelolaan jenis ini karena didorong oleh pertumbuhan investor baru yang cenderung memilih reksadana pasar uang sebagai instrumen pilihan. Adapun, investor reksadana di bulan Januari bertambah 5,40% menjadi 7,21 juta investor.

Baca Juga: Jumlah Investor di Pasar Modal Indonesia Sentuh 7,86 Juta per Januari 2022

Untuk bulan Februari, Wawan meyakini dana kelolaan industri reksadana akan mencatatkan pertumbuhan. Hal ini tidak terlepas dari solidnya beberapa data ekonomi pada bulan Januari.

Seperti pertumbuhan ekonomi yang di atas ekspektasi, hingga angka inflasi dan impor naik yang menandakan ekonomi sudah mulai bergerak.

Menurutnya, reksadana saham akan jadi yang paling signifikan pertumbuhan dana kelolaannya pada Februari. Terlebih, dengan rally IHSG belakangan ini yang terus menciptakan all time high.

Hal ini akan memberi keyakinan dan optimisme bagi para investor, terutama investor asing yang mulai terus masuk ke pasar saham.

“Akan tetapi kasus Covid-19 perlu jadi perhatian, karena jika terus meningkat dan pemerintah menaikkan PPKM menjadi level 4, akan berdampak negatif,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru