EMITEN - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus berkembang menjadi lebih besar. Tahun ini bisnis BBCA diproyeksikan tetap bertumbuh karena didukung pemulihan ekonomi.
Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya memandang BBCA masih memiliki prospek pertumbuhan kinerja yang bagus di tahun ini. Sekalipun, pertumbuhan di tahun ini kemungkinan tidak dapat setinggi tahun lalu karena tahun lalu ada high base effect.
Penyaluran kredit BBCA tahun ini diperkirakan bisa bertumbuh 8%-10% dari tahun lalu. Sebagai gambaran, total kredit BCA tahun 2022 naik 11,7% secara tahunan menjadi Rp 711,3 triliun dari tahun sebelumnya.
“Kredit masih bertumbuh karena sentimen pemulihan ekonomi domestik terus berlanjut,” ungkap Cheril kepada Kontan.co.id, Kamis (13/4).
Baca Juga: BCA Optimistis Jumlah Transaksi Digital Terdorong Momen Ramadan
Cheril mengatakan, kinerja BBCA diuntungkan oleh periode suku bunga yang tinggi. Emiten perbankan ini juga didukung oleh likuiditasnya yang tercermin dari rasio dana murah atau current account saving account (CASA) lebih tinggi dibandingkan peers. Untuk diketahui, CASA Bank Central Asia naik 10,6% YoY menjadi Rp 847.938 triliun pada tahun lalu, dibandingkan Rp 767 triliun pada 2021.
Analis NH Korindo Sekuritas Leonardo Lijuwardi mencermati tumbuhnya kinerja CASA tersebut didorong oleh peningkatan Giro dan Tabungan BBCA masing-masing sebesar 13,4% dan 8,9% YoY. Selain itu, simpanan turun sebesar 8,2% YoY, menghasilkan pertumbuhan rasio CASA sebesar 3% YoY menjadi 81,6%.
“Kekuatan BBCA di segmen pendanaan, terutama dalam penghimpunan dana murah, didukung oleh transaksi ekosistem perbankan BCA yang kuat,” imbuh Leonardo dalam riset 25 Maret 2023.
Selain itu, dari transaksi kanal digital, nilai nominal transaksi Mobile Banking dan Internet Banking naik masing-masing sebesar 34,9% dan 15,6% YoY.
Terkait penyaluran kredit, Leonardo melihat pertumbuhan kredit BBCA terjadi di semua segmen, terutama korporasi sebagai segmen yang memberikan porsi penyaluran kredit paling signifikan, tumbuh sebesar 12,5% YoY. Selanjutnya, pertumbuhan kredit diikuti oleh Konsumer dan Komersial & UKM yang masing-masing tumbuh 12,6% YoY dan 10,4% YoY.
Kualitas portofolio kredit BCA juga menunjukkan perbaikan, dengan Non Performing Loan (NPL) turun signifikan sebesar 50 Bps menjadi 1,7% dari 2,2% YoY, di mana penurunan paling signifikan terjadi pada segmen kredit Korporasi.
Terkait pinjaman yang direstrukturisasi, BCA mencatatkan penurunan sebesar 24,6% YoY menjadi Rp 62,2 triliun dan menyebabkan LAR turun 23,6% YoY menjadi Rp 69,4 triliun sehingga tingkat LAR/Loan BCA turun menjadi 10% di tahun 2022, tahun sebelumnya sebesar 14,6%. Penurunan tajam pada Cost of Credit (CoC) juga terjadi yakni turun 90 bps menjadi 0,7% YoY dibanding 1,6% pada 2021.
Alhasil, BBCA menunjukkan kinerja yang sangat baik di sepanjang tahun 2022. Bank Swasta dengan kapitalisasi pasar terbesar itu membukukan laba bersih sebesar Rp 40.74 triliun meningkat 29,6% YoY pada tahun lalu. Kinerja ini juga didorong oleh peningkatan NIM yang naik 20 bps YoY menjadi 5,3% tahun 2022 dari 5,1% di tahun sebelumnya.
Leonardo menjelaskan, peningkatan laba bersih juga didukung oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 13,6% menjadi Rp 64.14 triliun YoY dan PPOP yang naik sebesar 13,4% menjadi Rp 54.97 triliun YoY yang diperkuat oleh pertumbuhan kredit dan CASA.
Leonardo mengungkapkan, manajemen BBCA lebih optimis akan adanya ekspansi kredit dengan outlook pertumbuhan ekonomi yang positif di tahun 2023. Sedangkan untuk strategi di tahun ini, BBCA akan memperkuat transaksi perbankan melalui payment channel dan ekosistem yang ada, meningkatkan kualitas kredit, serta membangun sinergi dengan anak perusahaan.
Metrik kinerja dan target tahun 2023 diindikasikan pertumbuhan kredit bertengger di 10-12%, pertumbuhan CASA di 7%-9%, dan level Net Interest Margin (NIM) di 5,7-5,8%, dengan ROE di 19-22%. Adapun level CoC, diindikasikan akan berada di 0,7%-0,8%.
“Kami percaya masih ada potensi kenaikan untuk BBCA didukung oleh kinerja yang lebih baik di tahun 2023 karena peningkatan pinjaman, disertai penurunan CoC,” papar Leonardo.
Leonardo menyematkan peringkat Overweight untuk BBCA dengan target harga di Rp 9.750 per saham. Risiko penurunan BBCA termasuk situasi makro yang tidak menguntungkan, tekanan inflasi yang tinggi, dan jika pertumbuhan pinjaman yang diharapkan tidak membaik. Sedangkan, Cheril merekomendasikan Buy pada BBCA dengan target harga di Rp 9.650 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News