Cuti bersama dipangkas, ini rekomendasi analis untuk emiten transportasi

Rabu, 24 Februari 2021 | 07:45 WIB   Reporter: Ika Puspitasari
Cuti bersama dipangkas, ini rekomendasi analis untuk emiten transportasi


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Pemerintah telah menyepakati dan menetapkan perubahan cuti bersama tahun 2021, dari yang sebelumnya terdapat tujuh hari cuti bersama menjadi dua hari guna mencegah penularan Covid-19. Lalu, seperti apa dampak pemangkasan cuti tersebut untuk emiten transportasi?

Managing Director PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA), Dwi Rianta Soerbakti, enggan berkomentar banyak terkait dampak keputusan tersebut untuk kinerja operasionalnya. Hanya saja, ia bilang tahun ini masih merupakan tahun untuk bertahan di tengah gempuran Covid-19.

Dwi mengaku, sekarang ini permintaan masih tercatat turun drastis hingga 50%, hampir di seluruh layanan baik Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Jakarta Residence Connexion (JRC), Jabodetabek Airport Connexion (JAC), dan Transjabodetabek Regular (TJR). "Kami hanya beroperasi 50% dari biasanya. Load factor hanya di kisaran 63%," ujarnya pada Kontan, Selasa (23/2).

Baca Juga: IHSG menguat ke 6.272 pada Selasa (23/2), net buy asing Rp 469 miliar

Oleh karena itu, emiten ini memutuskan untuk mengerem ekspansi. "Percuma saja, kita inject armada-armada baru, tapi demand dari masyarakat masih sangat rendah," ungkap Dwi.

Ia memperkirakan kinerja akan mulai pulih dan meningkat pada tahun 2020. Untungnya, LRNA memiliki kredit atau kewajiban ke pihak bank serta leasing sangat sangat kecil. Adapun berdasar RTI DER LRNA tercatat 21,42%.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) Prodjo Sunarjanto mengatakan, pemangkasan cuti bersama tak berdampak signifikan untuk kegiatan operasional ASSA.

"Target market ASSA adalah perusahaan-perusahaan yang sewa jangka panjang, sehingga tidak banyak terpengaruh," ujarnya ketika dihubungi Kontan, Selasa (23/2).

Baca Juga: IHSG naik 0,28% ke 6.272 pada Selasa (23/2), saham TLKM diborong asing

Menurutnya, memangkas cuti bersama pada 2021 justru bisa meningkatkan produktivitas dan menghindari peningkatan penyebaran Covid-19. Ia menilai hal ini merupakan langkah yang bijaksana.

Asal tahu saja, proyeksi pendapatan dari divisi rental bisa menyumbang sekitar Rp 2 triliun hingga Rp 2,2 triliun atau sekitar 55%-60% dari total bisnis ASSA pada tahun ini. ASSA memasang target pertumbuhan untuk lini bisnis rental kendaraan 15% ada tahun ini. Guna memaksimalkan kinerja, ASSA juga terus meremajakan armadanya.

Emiten ini berencana membeli kendaraan baru antara 4.000-5.000 unit pada tahun ini. Dengan demikian, total armada akan berjumlah sekitar 27.000-28.000 unit. Adapun dana untuk peremajaan kendaraan diperkirakan antara Rp 1 triliun hingga Rp 1,2 triliun.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, adanya pemangkasan cuti bersama pada tahun ini tak begitu mempengaruhi kegiatan operasional emiten transportasi. "Enggak berubah selama masa pandemi juga, apalagi kalau masih ada PSBB dan PPKM, tingkat perjalanan masyarakat akan sama aja," tuturnya, Selasa (23/2).

Baca Juga: IHSG naik tipis 0,07% ke level 6.259,97 sesi I, net buy asing Rp 18,468 miliar

William menambahkan, ada kemungkinan keputusan tersebut ada perubahan di waktu yang akan datang jika vaksin Covid-19 berjalan lancar dan kasus baru menurun. Sehingga, secara prospek tak ada pengaruh signifikan dari pemangkasan cuti bersama menjadi hanya 2 hari di 2021.

Di lain sisi, ada beberapa sentimen positif untuk saham transportasi. William menjelaskan, apabila mobil listrik jadi dipasarkan, maka emiten-emiten transportasi tersebut harus menyesuaikan dan menyiapkan mobil listrik juga untuk ke depannya. "Yang dikhawatirkan hanyalah beban yang mungkin muncul di masa penyesuaian," kata William.

Selama masa pandemi Covid-19, emiten transportasi juga bisa melakukan diversifikasi bisnis seperti merambah ke bisnis logistik dan semacamnya. Untuk saham emiten transportasi, William menyarankan pelaku pasar untuk bisa buy saham BIRD dengan target harga Rp 1.500 dan buy saham ASSA dengan target harga Rp 1.700.

Selanjutnya: Berpotensi kinerja membaik pada tahun ini, SCMA dinilai punya prospek menarik

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru