Dividen diprediksi kurang semarak, saham-saham IDX High Dividend 20 masih menarik

Senin, 22 Februari 2021 | 19:45 WIB   Reporter: Kenia Intan
Dividen diprediksi kurang semarak, saham-saham IDX High Dividend 20 masih menarik

ILUSTRASI. Senin (22/2), IDX HIDIV20 tercatat memerah 0,72%.


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Beberapa indeks di bursa mencatatkan kinerja yang negatif, salah satunya indeks IDX High Dividend 20 atau IDX HIDIV20. Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Senin (22/2), IDX HIDIV20 tercatat memerah 0,72% sejak awal tahun.

IDX HIDIV20 merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama tiga tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi.

Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengamati, melorotnya indeks IDX HIDIV20 diperberat oleh pergerakan saham-saham yang cenderung lesu seperti TLKM, UNTR, ASII, ADRO, dan INDF. Di sisi lain, penurunan yang dialami tidak terlalu dalam karena tertopang BBRI, TOWR, dan KLBF yang bergerak menguat secara year to date (ytd).

Lebih lanjut Zamzami mengungkapkan, saham-saham yang cenderung menguat sejak awal tahun kebanyakan bukan anggota IDX HIDIV20. Misalnya saja, saham-saham di sektor energi, finansial, dan material. Ini membuat kinerja indeks semakin tertekan.  

Baca Juga: Pembayaran dividen global diperkirakan kembali bergairah pada 2021

Di sisi lain, saham-saham berkapitalisasi pasar besar memang cenderung underperform secara year to date dibanding saham-saham berkapitalisasi pasar kecil dan menengah. Padahal, saham-saham yang tergabung dalam IDX HIDIV20 didominasi oleh saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo. 

Adapun Zamzami juga memperkirakan, dividend yield tahun ini juga tidak lebih baik dibanding tahun lalu. Laba berbagai perusahaan diprediksi tertekan sepanjang tahun 2020 karena pandemi Covid-19. Sehingga, dividen yang dibagikan diperkirakan lebih mini baik dari sisi nominal maupun pay out ratio

Oleh karena itu, saham-saham tersebut menjadi kurang menarik untuk jangka pendek. Bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum pembagian dividen, disarankan untuk menunggu pengumuman dividen masing-masing emiten. Sehingga investor betul-betul bisa mempertimbangkan saham yang menarik untuk dibeli. 

Baca Juga: Kinerja indeks berbasis lingkungan lesu, saham-saham ini masih bisa dicermati

Akan tetapi untuk jangka panjang, Zamzami melihat saham-saham dalam IDX HIDIV20 masih atraktif. "Masih lagging sehingga upside potential masih ada. Pasca pemulihan ekonomi nanti, ketika labanya kembali ke level pre-covid, dividen juga berpotensi kembali ke level biasanya," ungkap Zamzami kepada Kontan.co.id, Senin (22/2). 

Beberapa saham yang dianggapnya masih bisa dilirik adalah sektor perbankan seperti BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI. Selain itu, saham TLKM, INTP, dan INDF juga bisa diperhatikan. "Nama-nama tersebut banyak berada di sektor cyclical yang berpotensi perform di tengah siklus initial recovery," imbuh dia. 

Senada, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mencermati, saham-saham dalam IDX HIDIV20 masih menarik untuk jangka panjang. Apalagi, mayoritas sahamnya memiliki fundamental yang baik.

"Jadi saya tidak melihat ada masalah untuk melakukan pembelian saham sekarang," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Senin (22/2). 

Baca Juga: Simak sentimen yang bakal mempengaruhi pergerakan rupiah pada Selasa (23/2)

Adapun Wawan memperkirakan, dividen emiten akan kembali seperti masa sebelum pandemi Covid-19 paling cepat di tahun 2022. Menurut dia, tahun ini fokus bisnis emiten masih untuk bertahan sambil menunggu pemulihan ekonomi yang dipicu oleh keberhasilan vaksinasi. 

Sementara untuk jangka pendek, Wawan cenderung wait and see sembari mengamati  sentimen global dan regional saat ini. Adapun pemulihan ekonomi di kuartal pertama 2021 masih akan lambat mempertimbangkan vaksinasi dan rilis laporan keuangan emiten sepanjang tahun 2020. 

Di antara saham-saham dalam IDX HIDIV20, Wawan lebih merekomendasikan saham-saham perbankan karena selama ini konsisten dalam pembagian dividennya. Wawan cenderung menjagokan BBCA karena secara kinerja lebih baik dibanding saham perbankan lain. Ia pun merekomendasikan BBCA dengan target harga Rp 36.000 per saham.

Baca Juga: IHSG berpotensi koreksi pada perdagangan Selasa (23/2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru