EMITEN - JAKARTA. Emiten penerbangan, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) memproyeksikan kenaikan penumpang pada kuartal III 2023 sebesar 36,45% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. GIAA menuturkan, estimasi ini bisa melampaui jumlah penumpang di sepanjang 2022.
Direktur Utama GIAA, Irfan Setiaputra menuturkan pihaknya optimistis kinerja Perseroan dapat terbang makin tinggi hingga akhir 2023.
"Garuda memproyeksikan pertumbuhan pendapatan operasional (operating revenue) mencapai kisaran 84% sampai 87% pada 2023. Di saat yang sama, EBITDA Garuda diprediksi meningkat sekitar 20% sampai 25%," papar Irfan kepada Kontan, Selasa (25/7).
Sebagai perbandingan, pada kuartal III 2022 GIAA telah mengangkut sebanyak 10,49 juta penumpang, atau mengalami peningkatan 61,11% secara quarter-on-quarter (qoq) dibandingkan dengan pergerakan penumpang pada kuartal II 2022. Sementara itu, pada kuartal I 2023, penumpang tumbuh 98,2% secara tahunan menjadi 1,8 juta penumpang.
Baca Juga: Mulai Agustus, Garuda Indonesia (GIAA) Perluas Jaringan Rute Umrah
Irfan melihat industri penerbangan sudah mulai bertumbuh positif. Pihaknya yakin di kuartal III 2023 ini, Garuda Indonesia akan bisa mencapai target dengan terus mengoptimalkan pangsa pasar angkutan penumpang melalui perluasan jaringan penerbangan serta penambahan frekuensi pada beberapa rute penerbangan dengan demand yang cukup tinggi.
Ia berkata, perluasan tersebut salah satu dilaksanakan pada sektor penerbangan umrah dimana Garuda Indonesia mulai Agustus 2023 secara bertahap. GIAA akan mengoperasikan rute penerbangan Umrah baru yang akan dilayani dari 5 kota besar di Indonesia.
Kota tersebut di antaranya adalah Banda Aceh - Jeddah pp dan Banda Aceh - Madinah pp setiap 1x/2 minggu, Kertajati - Jeddah pp 1x/minggu, Makassar - Jeddah pp 2x/minggu, Surabaya - Jeddah pp 2x/minggu, dan Yogyakarta - Jeddah pp 1x/minggu. Sementara itu, untuk rute Jakarta - Jeddah pp akan ditambah frekuensinya menjadi 16x/minggu dan Jakarta - Madinah pp 7x/minggu.
"Upaya perluasan jaringan juga saat ini tengah kami optimalkan melalui rencana pengembangan rute Denpasar - Sorong pada awal Kuartal IV 2023. Kami harapkan perluasan jaringan ini, akan semakin memaksimalkan potensi Pariwisata Sorong khususnya melalui destinasi wisata Raja Ampat dengan dihadirkannya konektivitas penerbangan langsung dari salah satu epicentrum wisata nasional yakni Bali guna mengoptimalkan trafik kunjungan wisatawan internasional," tuturnya.
Lebih lanjut GIAA juga terus berupaya untuk melayani berbagai rute penerbangan dengan tingkat keterisian penumpang yang cukup tinggi secara daily seperti misalnya Jakarta -Malang pp, Denpasar – Labuan Bajo, serta rute lainnya.
GIAA mencatat, jika dibandingkan dengan periode kuartal I 2022 lalu peningkatan frekuensi penerbangan rata-rata tumbuh sekitar 60%. Tak hanya itu, saat ini Garuda Indonesia sudah mengoperasikan sekitar 4800 frekuensi penerbangan per bulannya.
"Pertumbuhan signifikan terjadi terutama pada rute-rute favorable (padat penumpang) seperti misalnya Bali, Surabaya, dan Singapura," tambah Irfan.
Sebelumnya, pada Mei lalu Garuda Indonesia juga telah menambah frekuensi untuk penerbangan internasional yakni Bangkok - Jakarta pp menjadi 7x dari sebelumnya 4x/minggu, Incheon - Jakarta pp menjadi 3x dari sebelumnya 2x/minggu, serta Hong Kong - Jakarta pp menjadi 6x dari sebelumnya 5x/minggu dan pembukaan kembali rute Shanghai - Jakarta yang beroperasi sebanyak 2x/minggu.
Irfan menyatakan bahwa rampungnya proses restrukturisasi Garuda Indonesia pada akhir tahun 2022, menjadi fundamen penting bagi Perusahaan di tahun 2023 sebagai awal dari percepatan pemulihan kinerja usaha. Bertepatan dengan masuknya Indonesia ke fase endemi turut memberikan pengaruh positif terhadap performa trafik penerbangan di Indonesia termasuk Garuda Indonesia.
Tentunya proyeksi ini menjadi capaian tersendiri untuk melihat outlook kinerja Perseroan di tahun 2023 yang sejalan dengan upaya aksi strategis Garuda Indonesia untuk meraih akselerasi pemulihan kinerja melalui peningkatan trafik penumpang yang didukung dengan selesainya proses restrukturisasi pada akhir tahun lalu
"Tentu angka ini diproyeksi akan terus tumbuh terutama pada periode peak season seperti momen Natal dan Tahun Baru mendatang seiring dengan ekspansi rute yang gencar dilakukan serta frekuensi penerbangan yang ditambah secara bertahap pada rute-rute favorable baik domestik maupun internasional," urainya.
Sebagai informasi, Garuda Indonesia pada tiga bulan pertama tahun ini masih membukukan rugi bersih US$110,13 juta atau setara Rp1,65 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS).
Namun demikian, pendapatan Perseroan melonjak signifikan 72,2%6 YoY menjadi US$602,99 juta atau sekitar Rp 8,85 triliun dibanding kuartal I 2022 sebesar US$350,15 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News