KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Manajemen PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) segera turun gunung untuk mengatasi tekanan pada harga saham, yakni dengan melakukan pembelian kembali atau buyback. Untuk investor ritel, apakah saatnya untuk beli, jual atau tahan saham BBCA?
Harga saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sempat menembus level terendah selama tiga tahun terakhir pada Oktober 2025 ini. Namun, belakangan ini harga saham BBCA mulai bangkit.
Pada perdagangan Senin 20 Oktober 2025, harga saham BBCA ditutup di level 7.875, naik 375 poin atau 5,00% dibandingkan sehari sebelumnya. Pada 14-15 Oktober 2025, harga saham BBCA turun di level 7.250, ini merupakan harga saham terendah sejak 15 Juli 2022 di level 7.000.
Saat harga dalam tekanan, manajemen BBCA mengumumkan rencana membeli kembali atau buyback saham. Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengatakan, pihaknya akan melakukan buyback saham maksimal sebesar Rp 5 triliun.
Baca Juga: BYD Recall 115.000 Mobil Listrik di China, Apakah di Indonesia Juga Ada Penarikan?
Buyback saham BBCA ini akan berjalan mulai dari 22 Oktober 2025 hingga 19 Januari 2026 mendatang.
“Rencana kami melakukan buyback saham dengan nilai maksimal Rp 5 triliun ini sudah seuai dengan aturan dan kami sudah melapor kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” kata Hera dalam konferensi pers paparan kinerja BCA pada kuartal ketiga tahun 2025, Senin (20/10).
Tonton: Mulai Rp 30 Juta, Honda Rilis 3 Versi Super Cub Lite 110
Rekomendasi saham BBCA
Equity Research Analyst OCBC Sekuritas Liga Maradona merekomendasikan beli saham BBCA dengan target terdekat Rp 8.000-Rp 8.500. Selain rencana buyback, saham BBCA akan mendapat sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia.
BI diprediksi menurunkan BI rate turun pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan ini. Saham-saham di sektor bank dan properti akan diuntungkan dari sentimen pemangkasan suku bunga acuan periode Oktober 2025.
Selain itu, kinerja BBCA pada tahun 2025 cukup bagus. Bank BCA membukukan laba bersih Rp 43,4 triliun sepanjang Januari-September 2025, meningkat 5,7% secara tahunan alias year on year (YoY).
Salah satu penyokong kenaikan laba tersebut adalah pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 63,9 triliun. Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun sebelumnya, pendapatan bunga bersih dari BCA baru senilai Rp 60,7 triliun.
Baca Juga: Pembelian iPhone 17 Antre 2 Minggu, Harga iPhone 16 di Blibli Naik
Tak hanya itu, pendapatan non bunga yang didapat BCA juga naik 12,4% YoY menjadi Rp 21,4 triliun di September 2025. Kontribusi terbesar berasal dari pendapatan berbasis komisi yang mencapai Rp 15,1 triliun.
Dari sisi fungsi intermediasinya sendiri, BCA memiliki portofolio kredit di September 2025 mencapai Rp 944 triliun. Pada periode sama tahun sebelumnya, kredit milik bank swasta terbesar di Indonesia ini baru senilai Rp 877 triliun.
Sementara itu, BCA juga masih mampu menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2025 mencapai Rp 1.204 triliun. Angka tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan periode September 2025 yang senilai Rp 1.125 triliun.
Selanjutnya: Intip Rekomendasi Saham untuk Hari Ini (21/10): ADRO, AMRT, BMRI, INCO dan UNTR
Menarik Dibaca: Daftar Promo J.CO sampai Awal November 2025, Paket Donut dan Minum Harga Spesial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News