IHSG belum naik signifikan pada Januari 2022, berikut penyebabnya

Minggu, 30 Januari 2022 | 20:44 WIB   Reporter: Nur Qolbi
IHSG belum naik signifikan pada Januari 2022, berikut penyebabnya

ILUSTRASI. Sejak awal tahun 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat naik 0,97% ke level 6.645,51 hingga Jumat (28/1).


IHSG - JAKARTA. Sejak awal tahun 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat naik 0,97% ke level 6.645,51 hingga perdagangan Jumat (28/1). Kinerja tersebut lebih baik dibandingkan performa IHSG pada Januari 2020 yang terkoreksi 5,71% dan Januari 2021 yang minus 1,95%.

Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kenaikan IHSG di Januari 2022 belum seberapa. Pada Januari 2018 misalnya, IHSG tercatat meningkat 3,93% dan pada Januari 2019 terkerek 5,64%.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, IHSG belum dapat menguat signifikan pada Januari 2022 karena dipengaruhi sikap pelaku pasar yang menanti kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed. Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa January effect tidak terjadi pada tahun ini.

Hal ini juga disebabkan tidak adanya window dressing pada pengujung tahun 2021 lalu. Pasalnya, menurut Herditya, pergerakan IHSG di bulan Januari selama 5-30 tahun terakhir selalu mencatatkan return yang baik yang didukung oleh aksi window dressing di bulan Desember.

Baca Juga: Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan untuk Senin (31/1)

Bernada serupa, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menilai, IHSG pada Januari 2022 tertahan oleh sikap investor yang menunggu kepastian terkait seberapa agresif The Fed dalam menaikkan suku bunga acuannya. Meskipun begitu, ia menilai, January effect masih ada meski dampaknya tidak signifikan.

Lebih lanjut, menurut Azis, IHSG yang kini tengah berada dalam fase konsolidasi akan terpengaruh oleh kebijakan The Fed serta data inflasi AS. Jika inflasi tidak terkendali, maka kenaikan suku bunga acuan The Fed akan agresif yang nantinya bakal berpengaruh pada nilai tukar, yield obligasi, serta pasar saham dalam negeri.

Herditya menambahkan, kasus Covid-19 yang kembali naik juga bisa memengaruhi pergerakan IHSG apabila tidak ditangani dengan baik serta terus meningkat. Sementara terkait kebijakan The Fed, ia melihat memang masih berpengaruh namun tidak terlalu signifikan karena sudah diumumkan dan direncanakan jauh hari.

"Secara teknikal, apabila IHSG belum mampu bergerak menembus level resistance di 6.754 atau supportnya di 6.480, maka pergerakan IHSG masih cenderung konsolidasi," ucap Herditya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (30/1). Akan tetapi, dalam jangka pendek, ia memprediksi IHSG rawan terkoreksi ke level 6.570-6.600.

Azis juga memperkirakan, IHSG hingga kuartal I-2022 masih akan terkonsolidasi dengan level resistance di 6.738 dan support di 6.484. "Jika pergerakannya dapat menembus resistance, IHSG akan berpeluang melanjutkan penguatannya," kata Azis.

Menurutnya, sentimen yang akan memengaruhi pergerakan IHSG pada Februari 2022 adalah rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2021 dan setahun penuh 2021. Memanasnya konflik geopolitik antara Ukraina dan AS juga akan memberikan dampak meski tidak secara langsung.

Sementara menurut Herditya, selain rilis data ekonomi, rebalancing indeks FTSE juga akan menjadi sentimen pergerakan IHSG pada Februari 2022. Mengingat, ada beberapa saham emiten dalam negeri yang tergabung dalam FTSE, baik di large cap, mid cap, small cap, dan micro cap.

Baca Juga: Intip Pilihan Saham-saham Berbasis Lingkungan yang Menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat

Terbaru