Indosat Ooredoo (ISAT) bisa meraup Rp 8 triliun dari divestasi menara

Sabtu, 20 Februari 2021 | 07:20 WIB   Reporter: Dityasa H. Forddanta
Indosat Ooredoo (ISAT) bisa meraup Rp 8 triliun dari divestasi menara


INDUSTRI TELEKOMUNIKASI - JAKARTA. PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT) berpeluang meraup duit segar dengan nilai jumbo. Duit ini berasal dari ribuan menara telekomunikasi yang siap dijual oleh operator yang tengah dalam persiapan merger dengan Hutchinson 3 Indonesia ini.

Vikram Sinha, Director & Chief Operating Officer ISAT menyebut, pihaknya akan menjual 4.000 menara telekomunikasi. "Saat ini, prosesnya masih dalam tahap penjajakan awal dengan mitra potensial," ujarnya, Jumat (19/2).

Dia belum bisa merinci calon pembeli dan nilai divestasi aset tersebut. Yang terang, manajemen memastikan apabila transaksi terjadi, maka transaksi tersebut dapat menjadi transaksi material.

Michael Setjoadi, analis RHB Sekuritas memberikan gambaran, ISAT masih memiliki sisa 5.000 menara setelah menjual 3.100 menara pada 2019. "Dari sisa menara tersebut, 4.000 diantaranya masih memiliki nilai pasar. Sehingga, jumlah menara ini siap dijual dalam waktu dekat," terang Michael.

Baca Juga: Indosat (ISAT) menyiapkan capex Rp 8 triliun

Melihat transaksi sebelumnya, Michael memperkirakan ISAT bakal meraup duit segar sekitar Rp 8 triliun jika berhasil menjual 4.000 menara tersebut. Berarti, setiap satu menara dihargai Rp 2 miliar.

Perkiraan tersebut menggunakan asumsi jika rasio kolokasi 4.000 menara ISAT sama seperti yang sebelumnya sudah terjual, yakni 1,9 kali. Rata-rata harga menara telekomunikasi paling murah saat ini juga masih senilai Rp 1,1 miliar per menara.

Andai nilainya lebih murah dibanding transaksi lama, Rp 7 triliun misalnya, nilai ini sudah cukup untuk memperbaiki kondisi keuangan ISAT. Divestasi dengan nilai ini sudah cukup membuat net gearing ISAT jauh lebih baik, menjadi hanya 1,2 kali dari sebelumnya 2,3 kali.

Bukan hanya untuk penurunan rasio utang. Divestasi tersebut juga akan membuat laba bersih ISAT tahun ini mencapai Rp 5,4 triliun. Tanpa penjualan menara, Michael memperkirakan ISAT masih akan mengalami kerugian Rp 159 miliar akhir tahun ini.

Baca Juga: Volume penjualan Solusi Bangun Indonesia (SMCB) capai 11,97 juta ton sepanjang 2020

Michael menambahkan, divestasi menara cukup penting. Terlebih, ISAT perlu mengejar ketertinggalan dengan operator lain. Ini mengapa manajemen ISAT berani mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp 10 triliun setiap tahun sejak 2019 hingga 2022.

Vikram bilang, tahun ini ISAT tidak memiliki rencana untuk mencari pendanaan eksternal. "Kami memiliki strategi yang jelas, dari cash dan operasional," imbuhnya.

Pos tersebut juga akan digunakan untuk melunasi utang jatuh tempo. ISAT memiliki sejumlah obligasi jatuh tempo sepanjang tahun ini. Yang terdekat, obligasi Rp 630 miliar yang jatuh tempo Mei mendatang.

Selanjutnya: Kerjasama OTT dengan operator akan membentuk ekosistem ekonomi digital

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru