REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) diyakini masih memiliki potensi dan prospek yang menarik secara jangka panjang. Berbagai faktor seperti pertumbuhan kinerja, membaiknya permintaan, hingga perluasan tujuan ekspor akan jadi katalis positif.
Analis Jasa Utama Capital Cheryl Tanuwijaya mengungkapkan, secara jangka panjang WOOD memiliki outlook yang prospektif. Terlebih lagi, emiten produsen produk kayu ini juga punya rencana diversifikasi pasar ekspor mereka ke benua Eropa yang akan mengangkat penjualannya.
“Apalagi, saat ini Amerika Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar dari WOOD juga memberlakukan kebijakan anti dumping terhadap produk China. Jadi WOOD juga diuntungkan dari kebijakan ini,” kata Cheryl kepada Kontan.co.id, Rabu (17/11).
Baca Juga: Ditopang solidnya penjualan ekspor, intip rekomendasi saham WOOD dari BRIDanareksa
Sebelumnya, hingga kuartal ketiga 2021, WOOD sudah berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp 3,5 triliun atau naik 89,6% year on year. Sementara dari sisi bottom line, total laba bersih WOOD sepanjang Januari - September sebesar Rp 356 miliar atau naik 88,1% secara yoy.
Analis Trimegah Sekuritas Hasbie dalam risetnya pada 11 November menuliskan, naiknya pendapatan WOOD tidak terlepas dari kenaikan building components (BC) yang tumbuh 40% secara kuartalan seiring tingginya permintaan dari pasar furniture AS.
Sementara ke depan, Hasbie menyebut pasar furnitur dan kebutuhan rumah akan memiliki pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 4% dari US$ 404,7 miliar pada 2021 menjadi US$ 481 miliar pada 2025. Sementara pasar furnitur AS diproyeksikan punya nilai US$ 105,2 miliar atau 26% dari keseluruhan pangsa global.
Oleh karena itu, Hasbie menilai langkah WOOD yang terus meningkatkan penjualan ke pasar AS merupakan langkah yang tepat. Adapun, untuk memaksimalkan potensi penjualan di AS, WOOD akan meningkatkan kapasitas BC milikinya sebesar 20% pada 2022 mendatang.
“Oleh karena itu, kami memproyeksikan WOOD sebagai salah satu pemimpin pada industri produsen kayu dan eksportir BC akan dapat mencatatkan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 2020-2023 sebesar 30%,” imbuh Hasbie.
Baca Juga: Simak Siasat Pengusaha Mebel Atasi Kelangkaan Petikemas
Selain itu, ke depan Cheryl juga meyakini seiring pemulihan ekonomi maka konsumsi konsumen juga akan meningkat sehingga mendukung kinerja penjualan WOOD. Lalu dari aspek produksi, dia menyebut harga bahan baku kayu cenderung stabil di Indonesia.
Cheryl menambahkan, manajemen WOOD juga terlihat terus mengupayakan meningkatkan efisiensi dalam hal pengiriman produk. Misalnya, dengan memperbesar jumlah ekspor produk knock down dan bekerja sama dengan perusahaan shipping sehingga distribusi semakin tepat waktu.
Untuk jangka pendek ini, Cherly melihat harga saham WOOD masih akan berada dalam fase uptrend. Ia merekomendasikan untuk beli dengan target harga di Rp 900 per saham. Sementara Hasbie menilai, untuk 12 bulan ke depan ia memasang target harga WOOD di Rp 1.300 per saham dengan rekomendasi beli.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) yakin sales order terus meningkat sampai tutup tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News