Ini penyebab penerbitan obligasi korporasi di tahun 2020 menyusut

Selasa, 15 Desember 2020 | 07:40 WIB   Reporter: Hikma Dirgantara
Ini penyebab penerbitan obligasi korporasi di tahun 2020 menyusut


OBLIGASI -  JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi di tahun ini turun drastis. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI),nilai penerbitan obligasi korporasi tercatat hanya Rp 77,69 triliun hingga 11 Desember 2020. 

Padahal, penerbitan obligasi korporasi di sepanjang tahun 2019 lalu mencapai Rp 126,51 triliun.

Jika dilihat dari per 30 November 2020, ada 95 emisi dari 58 emiten dengan total nilai Rp 74,89 triliun. Sementara pada periode yang sama pada tahun sebelumnya, nilai obligasi korporasi di periode tersebut capai Rp 113 triliun dari 95 emisi dari 50 emiten. 

Artinya, dengan jumlah emisi yang sama, terjadi penurunan nilai obligasi mencapai 34%.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha menjelaskan, turunnya nilai penerbitan obligasi korporasi tidak terlepas dari efek pandemi Covid-19. Dengan adanya pandemi, banyak perusahaan yang peringkat maupun outlook-nya diturunkan. Artinya, risiko berinvestasi di obligasi korporasi pun meningkat.

Baca Juga: Jadi tahun kebangkitan investor ritel, BEI catat 10 rekor di pasar modal tahun ini

“Selain itu, cashflow penerbit obligasi korporasi juga terdampak oleh pandemi, sehingga ancaman default pun membayangi. Kondisi ini pada akhirnya membuat investor enggan masuk ke obligasi korporasi, khususnya ke sektor yang terdampak. Pada akhirnya, penyerapan dananya tidak maksimal dan nilai penerbitan obligasi korporasi tahun ini lebih kecil dibanding tahun lalu,” kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (14/12).

Yudha menyebut, mayoritas obligasi korporasi pada tahun ini diterbitkan untuk refinancing utang para penerbit di tengah perekonomian yang melambat.

Lebih lanjut, minat investor sempat berkurang pada obligasi korporasi di paruh pertama tahun ini. Namun, memasuki kuartal III-2020, minat tersebut perlahan mengalami pemulihan. 

Kendati demikian, investor belum agresif memburu obligasi korporasi dan cenderung selektif dalam memilih surat utang yang ditawarkan.

“Kalau bicara kupon, pada tahun ini kupon obligasi korporasi itu masih menarik, apalagi di tengah penurunan suku bunga dan yield obligasi negara. Oleh karena itu, perlahan minat investor mulai membaik. Tapi sejauh ini, investor masih hati-hati, karena potensi risiko yang masih cukup besar,” tambah Yudha.

Menyambut tahun depan, dia memperkirakan penerbitan obligasi korporasi akan semakin marak, baik dari jumlah emisi maupun nilainya. Pertimbangannya adalah, dengan ekonomi yang mulai pulih, dampak pandemi bisa berkurang seiring vaksin yang sudah didistribusikan, hingga perusahaan-perusahaan yang akan segera melakukan ekspansi.

Namun, Yudha melihat lonjakan penerbitan baru akan terjadi pada paruh kedua tahun depan. Menurutnya, publik akan melihat dulu proses pemulihan ekonomi maupun distribusi dan efektivitas vaksin virus corona.

“Tapi, dengan banyaknya obligasi korporasi yang akan jatuh tempo pada tahun depan, yield SUN masih akan turun, bisnis berangsur pulih, hingga risiko yang berkurang, penerbitan berpeluang lebih baik dari tahun ini. Dari sisi investor kan risk appetite juga akan membaik,” terang Yudha.

Baca Juga: Bunga rendah, pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap bakal terbatas di 2021

Dia menyarankan, bagi investor yang tertarik masuk obligasi korporasi harus tetap mengutamakan ke hatian-hatian. Dengan likuiditas obligasi korporasi yang kurang baik, instrumen ini lebih cocok untuk dibeli lalu di-hold, ketimbang untuk trading.

Beberapa sektor yang dinilai Yudha punya potensi apik pada tahun depan adalah sektor konsumer dan telekomunikasi yang teruji tangguh dan minim terdampak selama pandemi. Sementara sektor multifinance dan perbankan juga menarik mengingat keduanya merupakan mayoritas market cap obligasi korporasi.

“Pertimbangan paling penting adalah pilih penerbit yang punya struktur permodalan kokoh. Selain itu, pastikan bahwa penerbit punya perusahaan yang siap mem-back-up,” pungkas Yudha.

 

Selanjutnya: Prospek investasi obligasi tahun 2021 diramal masih menarik

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari

Terbaru