Investor Cermati Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed di Tengah Musim Dividen

Senin, 09 Mei 2022 | 06:45 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Investor Cermati Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed di Tengah Musim Dividen


PEMBAGIAN DIVIDEN -   JAKARTA. Musim pembagian dividen masih akan berlanjut pada bulan Mei. Meski begitu, pada musim dividen kali ini pelaku pasar dinilai akan lebih mencermati faktor eksternal, terutama dampak dari kenaikan suku bunga The Fed Amerika Serikat.

Setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) libur panjang Idul Fitri, masih ada sejumlah emiten yang menjadwalkan pembagian dividen di bulan Mei. Setidaknya ada delapan emiten yang akhir periode perdagangan saham dengan hak dividen (cum dividen) dijadwalkan pekan depan.

Mereka adalah PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), PT Ifishdeco Tbk (IFSH), PT Dharma Politemal Tbk (DRMA), dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Avia Avian Tbk (AVIA), serta PT Prima Andalan Mandiri Tbk (MCOL).

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus mengungkapkan bahwa pembagian dividen akan memberikan sentimen positif untuk jangka pendek. Di samping itu, saham-saham yang konsisten membagikan dividen akan menarik untuk dikoleksi, terutama oleh investor jangka panjang.

Baca Juga: BRI Masih Merumuskan Penurunan Bunga Kredit Ultra Mikro Agar Semakin Terjangkau

Daniel memberikan catatan bahwa untuk investor jangka pendek, perlu mewaspadai kecenderungan koreksi pasca periode cum date atau saat exdate.

"Karena biasanya harga akan cenderung terkoreksi sebesar dividen-nya. Untuk investor jangka pendek, kami sarankan melakukan akumulasi ketika harganya terkoreksi pasca cumdate," terang Daniel kepada Kontan.co.id, Minggu (8/5).

Adapun dari daftar emiten yang menjadwalkan cum date pada pekan depan, dilihat dari Dividen Payout Ratio-nya, Daniel memandang MTEL paling menarik untuk bisa dicermati pelaku pasar. "Karena sebagian besar dividennya dibagikan untuk para pemegang sahamnya," imbuh Daniel.

 

 

Sekadar informasi, MTEL akan membagikan dividen total Rp 966,75 miliar atau sekitar 70% dari laba tahun lalu sebesar Rp 1,38 triliun. Dividen dari Anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini setara dengan Rp 11,57 per saham.

Cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi dijadwalkan pada 10 Mei 2022. Dengan harga saham MTEL Rp 765 pada penutupan Kamis (28/4), maka dividen yield MTEL sebesar 1,51%.

Sedangkan jika dilihat dari sisi fundamental perusahaannya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjagokan saham SRTG, BPTS, EXCL, dan MTEL. Terlebih kinerja keuangan dari emiten tersebut juga menunjukkan perbaikan dari tahun 2020 ke 2021.

"Hal ini memberikan sentimen positif baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Tidak hanya itu, saham-saham tersebut memiliki potensi valuasi di masa yang akan datang," sebut Nico.

Baca Juga: Mencermati Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed Terhadap Saham Perbankan

Dia pun memberikan target harga (TP) Rp 3.850 untuk saham SRTG. Kemudian untuk TP EXCL berada di level Rp 3.800, serta Rp 1.000 untuk TP MTEL. Sementara untuk BTPS, Nico melihat perkembangan bank syariah masih sangat menjanjikan di Indonesia.

Apalagi, tidak banyak bank syariah yang memiliki penetrasi tinggi seperti BRIS dan BTPS. "Dividen bisa memberikan pergerakan, sentimen jangka pendek. Untuk jangka panjang, valuasi tetap penting dijadikan patokan bahwa saham tersebut memiliki potensi valuasi di masa yang akan datang," sambung Nico.

Apabila pelaku pasar ingin mengincar pembagian dividen, Nico menyarankan agar mencermati dividen yield dan dividen payout ratio. Jika ingin mencari berdasarkan dividen yield, maka investor perlu memperhatikan dividen yield yang memberikan nilai 5%. Apabila bisa lebih dari 5%, angka tersebut dapat dikategorikan tinggi.

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menambahkan, sepanjang musim dividen pada bulan Mei ini, kemungkinan investor masih tetap mencermati emiten-emiten yang membagikan dividen secara rutin. Apalagi yang mencatatkan kinerja positif pada kuartal pertama lalu, seperti pada saham-saham perbankan.

"Jika emiten tersebut dalam lima tahun terakhir, termasuk melewati masa awal pandemi mencatatkan kinerja relatif stabil, maka akan cukup menarik bagi investor dengan ekspektasi memperoleh dividen yang konsisten ke depannya," jelas Ivan.

Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed

Di sisi lain, Daniel mengingatkan terkait dampak kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin atau 0,5% pada Rabu (4/5) lalu. Menurutnya, pembagian dividen memang akan memberikan sentimen positif untuk jangka pendek. Tapi pelaku pasar akan lebih mencermati efek dari keputusan The Fed tersebut.

Daniel memandang, dampak dari kenaikan suku bunga The Fed akan terasa dalam jangka menengah - panjang. Apalagi apabila nantinya kebijakan The Fed diikuti juga oleh Bank Indonesia, yang mana hal tersebut bisa menjadi katalis negatif untuk pasar saham. 

Pasalnya, kenaikan suku bunga ini akan berpotensi membuat capital outflow investor asing dan berpotensi membuat Rupiah bergerak melemah terhadap Dolar.

Baca Juga: IHSG Diramal Sentuh 7.750 Tahun Ini, Ini Daftar Saham Jagoan BRI Danareksa Sekuritas

"Selain itu, kenaikan suku bunga juga akan membuat investor cenderung menghindari aset berisiko seperti saham dan kembali melirik investasi yang lebih aman deposito atau obligasi," terang Daniel.

Di samping itu, faktor eksternal lainnya yang akan dicermati investor adalah eskalasi konflik Rusia-Ukraina, yang juga akan menjadi faktor penggerak harga komoditas maupun pasar pada pekan paska libur lebaran.

Di tengah kondisi seperti ini, Daniel menyebut bahwa pelaku pasar bisa mencermati sektor yang terkena dampak positif dari kenaikan suku bunga, seperti sektor perbankan. Di sisi lain, dapat menghindari sektor yang terkena dampak negatif dari kenaikan suku bunga seperti sektor konstruksi, teknologi atau properti.

 

 

Sejalan, Nico juga melihat kenaikan tingkat bunga akan menjadi perhatian investor. Terlebih, IHSG pun berpotensi untuk mengalami koreksi. Namun, fundamental ekonomi Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan bagi IHSG untuk menahan tekanan tersebut, sehingga koreksi akan cenderung terbatas dan hanya memberikan reaksi jangka pendek.

Baca Juga: Masih Tren Bullish, Begini Rekomendasi Saham AKR Corporindo (AKRA) dari Analis

"Menunggangi volatilitas memang penting, namun tidak sampai hanyut juga hal terpenting. Panjangkan durasi investasi apabila tidak ingin mengikuti volatilitas. Namun siapkan strategi apabila ingin bertransaksi jangka pendek," ujar Nico.

Dia juga mengingatkan bahwa di tengah kondisi saat ini, dividen memang merupakan pemanis, tapi bukan berarti menjadi sesuatu hal yang dapat mengubah pasar menjadi positif. "Biar bagaimanapun sentimen global sangat mempengaruhi, apalagi di tengah situasi dan kondisi Bank Sentral di berbagai negara menaikkan tingkat suku bunga mereka," tandas Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli

Terbaru