Investor waspadai pembatasan sosial di Eropa, Bursa Asia kemarin ditutup mixed

Selasa, 23 November 2021 | 07:10 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Investor waspadai pembatasan sosial di Eropa, Bursa Asia kemarin ditutup mixed


BURSA ASIA - JAKARTA. Indeks utama di regional Asia ditutup beragam (mixed). Indeks Hang Seng Hong Kong  melemah 0,39%. Indeks lainnya seperti Nikkei 225 Tokyo, Shanghai Composite, dan Strait Times Singapura kompak menguat masing-masing 0,09%, 0,61%, dan 0,21%.

Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,05% ke level 6.723,386. IHSG sempat berada di zona merah sepanjang perdagangan sebelum akhirnya menguat tipis di penutupan.

Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia  menilai, bursa Asia yang ditutup beragam terkait dengan investor yang bersikap waspada seiring dengan kembalinya kebijakan pembatasan sosial di Eropa. Adapula prospek penarikan (tapering) paket stimulus moneter yang lebih cepat oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve.

Seiring dengan melonjaknya jumlah kasus penularan virus Covid-19, sejumlah negara di Eropa mulai memberlakukan kembali pembatasan sosial, mulai dari lockdown penuh di Austria hingga lockdown parsial di Belanda. Sejumlah Negara juga memberlakukan pembatasan mobilitas bagi warga yang belum divaksin di beberapa wilayah di Jerman, Republik Ceko, dan Slvoakia.

Baca Juga: IHSG ditutup di zona hijau, asing catat net sell terbesar pada saham-saham ini

Inggris, dengan tingkat infeksi yang lebih tinggi dari sebagian besar negara di Eropa, meluncurkan suntikan ketiga (booster) untuk mengimbangi daya proteksi yang mulai pudar dari suntikan pertama dan kedua dan juga untuk membantu agar ekonomi tetap terbuka.

Di Asia, bank sentral China atau People’s Bank of China (PBOC) memberi sinyal kemungkinan adanya pelonggaran kebijakan untuk membantu pemulihan ekonomi setelah mengalami perlambatan tajam dalam beberapa bulan terakhir akibat kelesuan sektor properti.

Dalam laporan kuartalan kebijakan moneter yang di rilis hari Jumat (19/11), PBOC menghilangkan sejumlah kalimat penting dalam prospek kebijakan (policy outlook) namun mempertahankan kata-kata “Kebijakan moneter yang normal”. Hal ini merupakan indikasi perubahan sikap (stance) yang lebih condong pada langkah dan kebijakan yang suportif.

Lebih lanjut, PBOC hari ini mempertahankan suku bunga pinjaman loan prime rate (LPR) bertenor 1 tahun di level 3,85%. Suku bunga pinjaman LPR bertenor 5 tahun juga dipertahankan di 4,65%.

Baca Juga: IHSG menguat tipis, asing banyak mengoleksi saham-saham ini di awal pekan

Di pasar komoditas, minyak mentah memperpanjang tren penurunan setelah AS, China, dan Jepang bersiap melepas cadangan minyak mereka ke pasar seiring semakin kuatnya kekhawatiran mengenai akselerasi laju inflasi.

Pelepasan cadangan strategis minyak yang terkordinasi di tingkat internasional akan mengirim pesan yang kuat pada aliansi OPEC+ yang selama ini menolak memulihkan pasokan minyak global dengan segera.

Selanjutnya: Harga saham BBCA menguat, BBRI stagnan di perdagangan bursa Senin (22/11)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi
Terbaru