KRAS bakal jual obligasi wajib konversi (OWK) Rp 3 triliun, ini pembelinya

Rabu, 14 Oktober 2020 | 19:49 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
KRAS bakal jual obligasi wajib konversi (OWK) Rp 3 triliun, ini pembelinya

ILUSTRASI. KRAS bakal terbitkan obligasi wajib konversi (OWK) Rp 3 triliun. FOTO: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wsj.


EMITEN - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) akan menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) kepada pemerintah dengan nilai paling banyak Rp 3 triliun.

Mengutip keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), penerbitan OWK Krakatau Steel akan dikonversi dengan saham baru melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

Penerbitan OWK oleh Krakatau Steel ini sebagai bentuk dukungan pendanaan oleh Pemerintah dalam rangka pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Keuangan, akan menjadi investor dalam aksi korporasi ini. PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) akan bertindak sebagai pelaksana investasi dalam penerbitan OWK Krakatau Steel dengan tenor tujuh tahun ini.

Adapun harga konversi akan mengacu pada 90% dari rata-rata harga penutupan saham KRAS selama kurun waktu 25 hari bursa berturut-turut di pasar reguler atau di tanggal penutupan bursa satu hari sebelum tanggal konversi OWK.

Pabrik baja PT Krakatau Steel Tbk

Baca Juga: Pefindo tetapkan peringkat Perumnas di level idBBB-

“Tujuannya adalah dukungan pendanaan dalam rangka program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang bertujuan untuk mendukung likuiditas dan solvabilitas KRAS, khususnya digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan operasional KRAS,” tulis manajemen KRAS dalam keterbukaan informasi, Rabu (14/10).

Transaksi tersebut akan dilakukan setelah KRAS memperoleh restu dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan digelar pada 24 November 2020 mendatang.

Dana yang didapatkan Krakatau Steel dari penerbitan OWK ini akan digunakan untuk menambah modal kerja guna mendukung Program PEN dengan memberikan relaksasi pembayaran konsumen.

Sebelumnya, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, dana ini akan digunakan untuk memberi relaksasi bagi pelanggan agar bisa tetap memesan baja dan tetap beroperasi.

“Ini untuk menjaga industri hilir baja dan industri pengguna baja untuk tetap beroperasi,” ujar Silmy.

Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) berencana merger dengan anak usaha, apa tujuannya?

KRAS memperkirakan transaksi ini akan berpengaruh positif terhadap operasional dan kondisi keuangan KRAS. Di antaranya yakni menambah modal kerja yang lebih baik untuk mendukung Program PEN  dengan memberikan relaksasi pembayaran konsumen.

KRAS bakal mempunyai kemampuan modal kerja yang lebih baik dan kuat, sehingga mampu berperan dalam pemulihan industri baja dalam negeri dengan memberikan relaksasi pembayaran kepada konsumen. Pemberian relaksasi ini akan memberikan insentif kepada industri untuk meningkatkan permintaan baja kepada KRAS.

Selanjutnya, transaksi ini juga akan memperbaiki kinerja finansial Perseroan. KRAS meyakini, dengan dana hasil penerbitan OWK ini mampu meningkatkan penjualan kepada konsumen sehingga berimplikasi lebih baik kepada cash flow operasional dan EBITDA.

Peningkatan penjualan didukung oleh peningkatan modal kerja sehingga mampu mengelola piutang dagang dan persediaan sejalan dengan peningkatan penjualan.

Terakhir, yakni memperbaiki rasio-rasio keuangan. Dengan bertambahnya kemampuan modal kerja dan peningkatan penjualan, KRAS diharapkan mampu memperbaiki rasio-rasio keuangannya, terutama rasio lancar (current ratio), rasio interest cover (interest cover ratio) dan rasio debt to equity (debt to equity ratio).

MENTERI BUMN TINJAU PT KS

Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) peroleh Rp 556 miliar dari surat berharga

Silmy mengatakan tingkat penjualan KRAS pada periode Agustus-September 2020 mulai menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan per kuartal kedua 2020. Sebelumnya, per Juni 2020, tingkat penjualan KRAS ada di angka 60%, naik dari periode Mei 2020 dimana tingkat penjualan KRAS hanya 40% dari normal.

Meski tidak memberi angka pasti, Silmy juga memberi sinyal bahwa dari sisi permintaan pun saat ini mulai mendekati kondisi normal. “Tetapi kumulatif secara tahunan masih turun 30%-40% dibanding sebelumnya,” ujar dia.

KRAS telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga kinerja tetap positif hingga akhir tahun, yakni efisiensi yang dilakukan sampai ke anak perusahaan, hilirisasi produk, dan melanjutkan program restrukturisasi serta transformasi sampai ke anak perusahaan KRAS.

Selanjutnya: Lagi, saham BRI Syariah (BRIS) auto rejection atas (ARA), harga melambung!

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana

Terbaru