Libur akhir tahun berkurang, bagaimana rekomendasi saham Garuda Indonesia (GIAA)?

Jumat, 11 Desember 2020 | 07:20 WIB   Reporter: Kenia Intan
Libur akhir tahun berkurang, bagaimana rekomendasi saham Garuda Indonesia (GIAA)?


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Pemerintah memangkas cuti bersama untuk akhir tahun 2020 sebanyak tiga hari yaitu tanggal 28 hingga 30 Desember 2020. Pemangkasan libur bersama ini bisa berdampak ke PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Dalam risetnya, Analis Mirae Asser Sekuritas Indonesia Lee Young Jun mengekspektasikan, kinerja operasional PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) bisa terus membaik di tengah Covid-19. Khususnya di kuartal IV karena semakin mendekati penghujung tahun. Apalagi riset Pegipegi pada bulan November 2020 menunjukkan, sebanyak 75% dari 1.490 responden mengungkapkan telah memiliki rencana bepergian selama libur akhir tahun.

Namun, mengingat pemerintah memangkas libur untuk akhir tahun, Lee memprediksi, kebijakan ini akan berpengaruh ke kinerja GIAA.

"Kami mengekespektasikan pemulihan yang ringan saja," jelasnya seperti yang tertulis dalam riset, Kamis (10/12).

Baca Juga: Angin segar bagi GMF AeroAsia (GMFI) setelah aktivitas penerbangan meningkat

Per Oktober 2020, kinerja operasional GIAA berangsur pulih. GIAA mencatatkan jumlah penumpang mencapai 739.000 orang , tertinggi sejak pandemi Covid-19. Asal tahu saja, di bulan Mei 2020 jumlah penumpang GIAA sempat melorot menjadi 35.000 orang dan ini menjadi titik terendah GIAA.

Beriringan dengan itu, Available Seat Kilometer (ASK) dan Revenue Passenger Kilometres (RSK) juga mengalami kenaikan. Pemulihan tersebut terdorong membaiknya kinerja Citilink, setelahnya diikuti kinerja pemulihan domestik Garuda Indonesia. Namun untuk penerbangan internasional masih terlihat lesu.

Sementara dari sisi biaya, Cost per Available Seat Kilometers (CASK) tetap rendah di harga 6,24 sen dolar Amerika Serikat (AS). Rendahnya CASK dipicu oleh GIAA yang berusaha menekan biaya dan harga bahan bakar yang relatif datar. 

Lee meyakini, potensi kenaikan harga bahan bakar cenderung terbatas dibandingkan komoditas lain. Sehingga diperkirakan, kontribusi biaya terhadap pendapatan akan terus menurun secara bertahap.

Lebih lanjut ia memproyeksikan, GIAA masih akan membukukan rugi bersih US$ 1,4 triliun hingga akhir tahun 2020. Kedatangan vaksin Covid-19 di Indonesia memang bisa menjadi katalis positif bagi industri penerbangan.

Namun, bagi industri pariwisata masih memerlukan waktu untuk kembali pulih seperti normal. Mempertimbangkan kondisi sejauh ini, Lee mempertahankan rekomendasi sell terhadap saham GIAA dengan target harga Rp 140 per saham.

Kamis (10/12), harga saham GIAA menguat 0,9% ke level Rp 450 per saham
 

Selanjutnya: Garuda Indonesia tetap antisipasi lonjakan penumpang walau cuti bersama dipangkas

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat
Terbaru