Menakar Prospek Saham Emiten Farmasi di Tengah Banyak Sentimen Negatif

Selasa, 25 Oktober 2022 | 04:35 WIB   Reporter: Sugeng Adji Soenarso
Menakar Prospek Saham Emiten Farmasi di Tengah Banyak Sentimen Negatif


REKOMENDASI SAHAM -  JAKARTA. Setelah melaju tinggi pada masa Covid-19, kini saham emiten farmasi mengalami penurunan tajam.

Dari sembilan emiten farmasi, sebanyak delapan emiten masih mencatatkan penurunan harga. Hingga Senin (24/10), penurunan terbesar dicatatkan oleh PT Indofarma Tbk (INAF) sebesar 56,95%.

Disusul PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sebesar 51,03%, PT Phapros Tbk (PEHA) 24,89%, dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) 17,92%. Hanya PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang berhasil menjaga kinerja sahamnya dengan pertumbuhan 23,53%.

Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim menilai penurunan saham farmasi diiringi dengan kasus Covid yang mulai menurun. Sehingga dengan kondisi saat ini dengan kondisi kesehatan yang mulai pulih membuat  beberapa emiten farmasi mengalami penurunan kinerja pada semester I 2022.

Baca Juga: Respons Soho Global Health (SOHO) Terkait Larangan Penjualan Obat Sirup

Dirinya juga menilai, tekanan masih akan dirasakan emiten farmasi lantaran untuk sisa akhir tahun ini masih menghadapi kenaikan harga bahan baku dan penguatan dollar Amerika Serikat untuk bahan baku impor.

"Selain itu, emiten farmasi masih diberatkan dengan sentimen pemberhentian pengedaran obat sirop atau cair sementara waktu," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (24/10).

 

 

Menurut Lukman, sentimen yang dapat mendongkrak harga saham emiten farmasi dari adanya fokus utama APBN pemerintah untuk peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

Selain itu, dengan adanya adanya peningkatan Bahan Baku Obat (BBO) dalam negeri dapat membantu memperbaiki kinerja emiten farmasi.

Baca Juga: Kinerja Saham Sejumlah Emiten Farmasi Masih Tersungkur, Saatnya Koleksi?

Lukman juga beranggapan bahwa saat ini emiten farmasi dinilai masih menarik. Menurutnya, para investor dapat memperhatikan saham KLBF yang masih membukukan kinerja positif pada semester I diikuti dengan kinerja saham emiten tersebut.

"Kami menggunakan analisa teknikal untuk menentukan target harganya di Rp 2.200," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli
Terbaru