Menilik strategi Bali United (BOLA) menjaga kinerja usaha

Kamis, 05 Agustus 2021 | 08:15 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Menilik strategi Bali United (BOLA) menjaga kinerja usaha


EMITEN - JAKARTA. Tak sekadar menunggu Liga 1 bergulir, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) juga terus melancarkan strategi untuk meningkatkan kinerja bisnisnya. Emiten pengelola klub Bali United ini tak hanya bertumpu pada segmen sepakbola sebagai penopang usaha perusahaan.

Direktur Utama Bali Bintang Sejahtera Yabes Tanuri mengungkapkan, BOLA tengah mengembangkan dan menjajaki revenue stream di bisnis sport and entertainment berbasis konten dan teknologi. Tiga segmen utama yang menjadi fokus bisnis BOLA adalah sports & e-sports, entertainment & content enabler, serta digital community incubator.

"Kami berinvestasi pada new economy business di bidang teknologi, hiburan dan olahraga untuk memperkuat ekosistem kami dalam mengakselerasi pertumbuhan," kata Yabes dalam paparan publik yang digelar secara virtual, Rabu (4/8).

Dia membeberkan, saat ini Bali United memiliki sejumlah aset potensial. Antara lain mempunyai lima tim (senior, U-20, U-18, U-16, dan tim wanita), Bali United Elite Pro Academy, ritel dan radio (Bali United Megastore, Playland, Cafe, Bali United FM, BU TV), dan lebih dari 14 juta followers di platform media sosial.

Baca Juga: PSSI resmi jadwalkan kompetisi Liga 1 bergulir 20 Agustus 2021

Pendapatan Bali United juga dipasok dari sponsorship, media rights, penjualan tiket, merchandise, dan transfer pemain. "Kami memiliki rekam jejak yang cemerlang dalam membantu sponsor kami berkembang pesat, terutama di Bali. Kami bekerjasama dengan lebih dari 15.000 channel distribusi di Bali dan mengelola bank data mengenai jaringan ini," jelas Yabes.

Dengan ini, dia mengklaim bahwa Bali United telah membantu sponsor untuk tidak sekadar mendapatkan publisitas tinggi, tapi juga meningkatkan penjualannya. Yabes mencontohkan sponsor seperti Torabika yang penjualan naik tiga kali lipat, serta Indomie yang penjualannya naik hingga empat kali lipat.

Dengan pencapaian tersebut, imbuh Yabes, banyak klub sepakbola dari Liga 1, Liga 2 maupun Liga 3 yang tertarik untuk menjajaki skema sponsorship dan pengembangan brand serupa. "Gol jangka panjang kami adalah mereplikasi jaringan distribusi yang sudah kami bangun di Bali untuk diterapkan di seluruh Indonesia, bekerjasama dengan klub-klub ini," kata Yabes.

Tak hanya berhenti di klub sepakbola, BOLA juga memiliki klub bola basket  Bali United, yang tergabung di IBL 2021. Yabes bilang, pihaknya meyakini ke depan bola basket juga memiliki prospek pengembangan bisnis yang baik, berkaca dari penyelenggaraan kompetisi di Amerika Serikat dan Eropa.

Selanjutnya, BOLA juga menyasar pasar eSport. Apalagi, selain memiliki prospek eSport yang terbesar di Asia, pertumbuhan eSport di Indonesia sangat signifikan. Terutama selama masa pandemi covid-19. 

Pengembangan segmen ini juga sejalan dengan fokus bisnis BOLA pada entertainment & content enabler. Tiga pilar utama di segmen bisnis ini adalah digital marketing agency, live streaming service, dan Bali United Studio.

Pada segmen live streaming, BOLA memiliki 39 kamera standar tayangan TV dan tengah menjajaki cabang/event olahraga selain sepakbola dalam penyediaan layanan siaran langsung.

Sedangkan untuk Bali United Studio, Yabes menyampaikan bahwa studio independent seluas 1.600 m2 ini siap memenuhi kebutuhan lokasi pengambilan konten hingga pembuatan film. Studio yang selesai dibangun pada November 2020 ini bahkan memiliki tingkat okupansi 95% sebelum masa PPKM darurat.

Berikutnya, BOLA juga sedang mengoptimalkan revenue stream dari segmen digital community incubator. Segmen komunitas digital ini mencakup pengembangan platform, konten, kekayaan intelektual, dan pembuatan produk original. 

Segmen ini bertumpu pada 7 pilar komunitas, yakni gadis, musik dan hiburan, olahraga, foodies, milenial, muslim, dan healthcare. Dari segmen ini, BOLA juga membidik potensi recurring income dari brand yang menjalankan kampanye marketing.

 

 

Segmen ini juga membuka sinergi dengan start up dan brand berbasis digital terkemuka, seperti Gojek, Grab, Bank Aladin, Ovo, Vidio.com, Noice dan Scarlet. Model bisnis ini disebut Yabes sudah berhasil memberikan kontribusi pendapatan.

"Dalam perjalanan kami membesarkan Bali United, kami telah menjadi ahli dalam mengelola komunitas dan klien. Tak hanya itu, kami juga memiliki semua aset yang dibutuhkan untuk pengembangan komunitas. Bisnis ini mempunyai banyak revenue stream yang dapat kami eksplore," jelas Yabes.

Kendati memiliki sejumlah strategi untuk menopang kinerja bisnisnya, namun BOLA masih belum bisa membuka proyeksi pendapatan dan laba bersih untuk tahun ini. Direktur BOLA Yohanes Ade Moniaga menyampaikan, pihaknya masih menunggu kepastian penyelenggaraan Liga 1 yang masih terhadang pandemi covid-19.

"Masalah proyeksi (kinerja keuangan) sangat tergantung dengan kelanjutan Liga di Indonesia. Kalau terus mundur, tentu proyeksinya akan berubah," ungkap Ade.

Yang jelas, pandemi covid-19 dan bergulirnya Liga 1 sangat berdampak terhadap kinerja keuangan BOLA. Pada tahun lalu, misalnya, pendapatan BOLA turun 64,5% dari Rp 215,2 miliar pada 2019 menjadi Rp 76,4 miliar pada 2020. "Hal ini disebabkan karena kompetisi di tahun lalu yang baru berlangsung tiga pertandingan dihentikan karena adanya pandemi covid-19," ujar Ade.

Selanjutnya: Erick dan Anin Bakrie siap tuntaskan akuisisi 51% saham klub bola: Oxford United

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo

Terbaru