EMITEN - JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) berusaha untuk meningkatkan kembali kinerja keuangannya hingga akhir 2023.
Sebagaimana yang diketahui, TLKM masuk dalam jajaran 10 besar perusahaan dengan laba bersih terbesar di Indonesia pada 2022. Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk TLKM mencapai Rp 20,75 triliun pada 2022, namun jumlah itu berkurang 16,20% year on year (YoY). Dari sisi top line, pendapatan TLKM tumbuh 2,86% YoY menjadi Rp 147,31 triliun pada akhir 2022.
Memasuki semester I-2023, TLKM meraih kenaikan pendapatan 2,08% YoY menjadi Rp 73,48 triliun. Namun, laba bersih TLKM kembali turun 4,13% YoY menjadi Rp 12,76 triliun.
Baca Juga: Penguasaan Menara Menjadi Kunci
VP Corporate Communication Telekomunikasi Indonesia Andri Herawan Sasoko mengatakan, capaian laba bersih TLKM sejauh ini tak lepas dari fokus perusahaan dalam mempercepat langkah transformasi dengan strategi utama Five Bold Moves, sekaligus berupaya meningkatkan kualitas layanan lewat pengembangan infrastruktur digital.
Salah satu upaya konkret TLKM adalah akuisisi tambahan spektrum frekuensi 2,1 Ghz dan 2,3 Ghz demi mengamankan kapasitas dan kualitas layanan Telkom Group pada masa depan. “Ini berdampak pada peningkatan biaya yang tumbuh 2,9% YoY menjadi Rp 50,5 triliun,” tukas Andri, Selasa (8/8).
Walau terjadi kenaikan biaya pengeluaran, TLKM meyakini bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari investasi jangka panjang yang akan berdampak positif kepada layanan kepada pelanggan, kinerja, hingga profitabilitas perusahaan.
Memasuki semester II-2023, TLKM berfokus untuk memastikan implementasi fixed mobile convergence (FMC) pasca perpindahan IndiHome ke Telkomsel dapat berjalan lancar, sehingga menghasilkan value yang optimal bagi perusahaan. “Kami yakin FMC akan memperkuat kinerja Telkom Group,” ujar dia.
Ke depannya, Telkom Group akan melanjutkan rencana transformasi Five Bold Moves lainnya seperti InfraCo, Data Center Co, B2B Digital IT Service Co, dan DigiCo.
Selain itu, TLKM bakal tetap fokus menjaga profitabilitas perusahaan dengan mempertimbangkan efisiensi capital expenditure (capex) dan operating expenditure (opex), penjualan yang sehat (healthy sales), serta langkah transformasi yang masih terus dijalankan seperti business to business (B2B dan InfraCo.
“Kami percaya bahwa profitabilitas menjadi faktor penting untuk kesehatan dan keberlangsungan perusahaan ke depannya,” pungkas Andri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News