IHSG - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,13% ke level 6.533,93 pada perdagangan hari ini, Selasa (30/11). Pada saat yang bersamaan, investor asing mencatatkan net sell di pasar reguler sebesar Rp 782,68 miliar.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan menilai, pelemahan IHSG ke tren bearish-nya dipengaruhi adanya kekhawatiran terhadap dampak Covid-19 varian omicron. Singapura sudah mulai memperketat aturan masuknya turis sehingga dikhawatirkan nantinya akan ada pengetatan kembali di Indonesia.
Untuk perdagangan Rabu (1/12), Dennies memprediksi, IHSG masih akan melanjutkan penurunan. Secara teknikal, indikator MACD bergerak di tren distribusi dan stochastic turun ke area jenuh jual yang mengindikasikan tren pelemahan.
"Namun pelemahan mulai terbatas. Investor akan mencermati perkembangan terkait Covid-19 omicron. Dari dalam negeri, investor juga akan mencermati rilis data ekonomi inflasi dan manufaktur," ucap Dennies, Selasa (30/11).
Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,17% tahun depan
Menurut Dennies, support 1 IHSG esok hari akan berada di level 6.495 dengan support 2 di 6.457. Selanjutnya, resistance 1 diperkirakan berada di 6.609 dan resistance 2 di 6.685.
Bernada serupa, Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan juga memperkirakan, IHSG akan kembali bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada perdagangan Rabu (1/12). Jika breaklow 6.540, IHSG berpotensi uji level psikologis ke 6.500.
Level tersebut juga menjadi support IHSG sementara resistance berada di 6.600. Tekanan jual investor asing juga diperkirakan masih akan berlanjut pada perdagangan esok hari.
Baca Juga: Demi analisis fundamental yang lebih akurat, BEI terapkan metode PER trailing
Menurut Valdy, sentimen negatif utama berasal dari kekhawatiran terhadap peningkatan kembali kasus baru Covid-19, menyusul penemuan varian baru omicron yang diperkirakan memiliki tingkat replikasi lebih tinggi. Peningkatan kasus dikhawatirkan berdampak negatif pada pemulihan ekonomi global karena biasanya diikuti dengan pengetatan kegiatan masyarakat.
"Hal ini dikhawatirkan meningkatkan tekanan pada inflasi di tengah kondisi supply chain disruption yang tengah berlangsung," kata Valdy.
Oleh sebab itu, menurut Valdy, pelaku pasar pada saat ini dapat mempertimbangkan swing trading pada saham-saham kesehatan, seperti KAEF, IRRA, PRDA, SIDO, dan MIKA. Selain itu, saham-saham yang diuntungkan dari kecenderungan stay-at-home, seperti ASSA, MARI, MNCN, dan EMTK juga dapat diperhatikan.
Baca Juga: Mengintip saham dan sektor yang menarik tahun depan, apa saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News