PAM Mineral (NICL) Targetkan Kenaikan Volume Penjualan dan Produksi Nikel Hingga 24%

Kamis, 04 Mei 2023 | 07:30 WIB   Reporter: Arfyana Citra Rahayu
PAM Mineral (NICL) Targetkan Kenaikan Volume Penjualan dan Produksi Nikel Hingga 24%


EMITEN - JAKARTA. PT PAM Mineral Tbk (NICL), emiten pertambangan nikel yang berbasis di Sulawesi berencana mengerek volume produksi dan penjualan nikel hingga 24% atau menjadi 2,65 juta Metrik Ton (MT) di 2023 dari sebelumnya 2,1 juta MT di 2022. 

Direktur Operasional PAM Mineral, Roni Permadi Kusumah menjelaskan berdasarkan rencana kerja di tahun ini, NICL memiliki target jangka pendek di mana salah satunya adalah mencanangkan rencana produksi dan penjualan nikel sebanyak sebesar 2,65 juta dengan kadar ore nikel 1,3% Ni hingga 1,75% Ni. 

“Target produksi ini berasal dari tambang PAM Mineral dan entitas anak PT Indrabakti Mustika (IBM). Tahun ini Perseroan dan entitas mempunyai target produksi 855.000 ton dan 1,8 juta ton per tahun” jelasnya dalam paparan publik secara virtual, Rabu (3/5). 

Baca Juga: Ini Pendorong Laba Bersih Pam Mineral (NICL) Melesat 230% Sepanjang 2022

Peningkatan target produksi ini didasari dengan adanya kenaikan harga yang cukup signifikan dan lebih kompetitif untuk Harga Patokan Mineral (HPM). 

Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengatakan saat ini, Indrabakti Mustika (IBM) merupakan anak usaha PAM Mineral dengan kepemilikan langsung sebesar 99,05% saham.

Ruddy menjelaskan peningkatan target produksi tersebut juga didukung dengan estimasi permintaan yang cukup tinggi dari konsumen di tahun 2023.

“Dengan adanya peningkatan produksi akan memberikan dampak yang positif bagi kinerja operasional dan keuangan kami yang nantinya akan tercermin dalam peningkatan laba bersih perseroan. Pada akhirnya akan memberikan nilai tambah yang positif bagi pemegang saham dan stakeholder,” ujarnya. 

Selain itu, target tersebut juga mempertimbangkan situasi geopolitik internasional yang masih belum kondusif. Kondisi ini akan mempengaruhi harga solar industri yang merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi. Hal ini akan menyebabkan semakin besarnya modal kerja yang dibutuhkan perseroan untuk meningkatkan produksi.

Dengan pertimbangan tersebut, kata Ruddy, kebutuhan modal kerja akan semakin besar sehingga perseroan melakukan perubahan penggunaan sisa dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dan perubahan dana hasil pelaksanaan waran.

Manajemen NICL sudah meminta persetujuan dari pemegang saham sehubungan dengan perubahan penggunaan sisa dana hasil penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dan perubahan dana hasil pelaksanaan waran melalui Rapat Umum Pemegang saham yang telah diselenggarakan pada hari Rabu (3/5). 

Selain membidik volume penjualan lebih tinggi, dalam jangka pendek NICL juga melakukan efisiensi belanja modal (capital expenditure) di tahun ini. 

 

 

Kemudian pihaknya akan melanjutkan kegiatan pengeboran berupa infill dan Twin Hole untuk pengembangan sumber daya dan cadangan tambang PAM Mineral. 

Ke depannya NICL akan fokus pada rencana eksplorasi, produksi dan hilirisasi. Rencana eksplorasi bertujuan untuk menambah inventory cadangan nikel, sementara rencana produksi diterapkan dengan merevisi Dokumen Studi Kelayakan (feasibility study) untuk 2024 – 2025 dan melakukan perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada 2024.

Adapun rencana pemasaran di 2024-2025, NICL menargetkan volume penjualan sebesar 2,8 juta ton ore nikel dengan kadar 1,3% Ni hingga 1,75% Ni.

Tidak hanya itu, pihaknya juga berencana untuk masuk dalam hilirisasi nikel dengan mengolah biji nikel kadar rendah dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru