Pasar membaik, penerbitan obligasi korporasi diprediksi lebih meriah di tahun ini

Kamis, 07 Januari 2021 | 18:40 WIB   Reporter: Hikma Dirgantara
Pasar membaik, penerbitan obligasi korporasi diprediksi lebih meriah di tahun ini


OBLIGASI -  JAKARTA. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), nilai obligasi korporasi yang akan jatuh tempo di tahun ini mencapai Rp 121,9 triliun. Jumlah tersebut sebenarnya turun jika dibandingkan dengan obligasi jatuh tempo tahun lalu yang mencapai Rp 130,71 triliun.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat, secara kuartalan, obligasi jatuh tempo dengan nominal terbesar terjadi pada kuartal III-2021 yang mencapai Rp 38,1 triliun. 

Disusul kuartal kedua, dengan nilai obligasi jatuh tempo sebesar Rp 31,7 triliun. Sementara pada kuartal terakhir dan kuartal pertama, nilai obligasi jatuh tempo masing-masing capai Rp 29,6 triliun dan Rp 22,5 triliun.

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menilai, walau nilai obligasi jatuh tempo di 2021 lebih rendah dari tahun lalu, potensi penerbitan obligasi korporasi di tahun ini akan lebih baik. 

Baca Juga: SoftBank berencana terbitkan obligasi senilai Rp 13 triliun

Asal tahu saja, total emisi obligasi dan sukuk korporasi yang diterbitkan hingga 23 Desember 2020 hanya Rp 86,96 triliun. 

“Tahun ini dari sisi penerbitan kemungkinan besar akan mendekati jumlah jatuh tempo tersebut, walaupun melebihi, mungkin tidak akan banyak. Perusahaan sepertinya akan lebih nyaman untuk melakukan refinancing pada tahun ini seiring yield obligasi korporasi yang mulai stabil,” kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (6/1).

Dimas melihat, yield obligasi korporasi secara umum pada tahun ini akan turun seiring yield Surat Utang Negara (SUN) yang juga melandai. Dengan cost of fund yang lebih murah, korporasi dinilai akan lebih berani untuk mencari biaya lewat penerbitan surat utang. 

Hanya saja, Dimas menyebut prospek pemulihan ekonomi turut memiliki peranan lebih penting dalam mempengaruhi minat penerbitan surat utang korporasi.

Sekalipun yield obligasi korporasi turun, namun jika prospek ekonomi belum membaik, korporasi pasti memilih untuk menahan ekspansinya. Oleh sebab itu, efektivitas vaksinasi punya peranan penting dalam mempercepat pemulihan ekonomi yang bisa memicu penerbitan obligasi korporasi.

Sementara dari sisi investor, Dimas meyakini minat investor terhadap obligasi korporasi masihlah tinggi. Terlebih lagi untuk obligasi korporasi dengan tenor satu hingga tiga tahun. “Obligasi tersebut dari sisi risiko tidak terlalu panjang dan imbal hasilnya pun masih menarik, apalagi yang dengan tenor tiga tahun,” imbuh Dimas.

Baca Juga: Jatuh tempo akhir Januari, ini jurus Wijaya Karya (WIKA) lunasi Komodo Bond Rp 5,4 T

Lebih lanjut dia bilang, investor dari manajer investasi dan perbankan masih akan memburu obligasi korporasi dengan tenor di bawah tiga tahun. Hal ini dikarenakan, dengan dana kelolaan reksadana pasar uang yang terus tumbuh, reksadana terproteksi yang perlu underlying obligasi korporasi, dan perbankan yang perlu mengelola dananya, permintaan terhadap obligasi korporasi dengan tenor di bawah tiga tahun masih akan tetap tinggi.

“Kalau bicara sektor, mungkin yang menarik adalah pertambangan seiring harga komoditas yang diperkirakan akan naik. Penerbitan di sektor ini kemungkinan juga akan naik karena kebutuhan modal perusahaan yang juga meningkat,” ungkap Dimas.

Sementara dari sisi rating, dia menilai obligasi korporasi dengan rating A cenderung masih aman. Terlebih sepanjang tahun lalu tidak ada masalah dalam memenuhi kewajibannya. 

Namun, ia menekankan untuk tetap memperhatikan tingkat kesehatan perusahaan penerbit dan sektor bisnisnya, apakah terdampak oleh pandemi atau tidak.

 

Selanjutnya: Perkuat struktur modal dan likuiditas, Jasa Marga: Likuiditas tahun ini masih aman

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari
Terbaru