PDB Indonesia diprediksi terkontraksi, tidak berdampak signifikan ke IHSG

Kamis, 04 Februari 2021 | 21:53 WIB   Reporter: Kenia Intan
PDB Indonesia diprediksi terkontraksi, tidak berdampak signifikan ke IHSG

ILUSTRASI. Karyawan memotret layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia,


IHSG - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020, Jumat (5/2). Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengungkapkan, PDB Indonesia diperkirakan akan terkontraksi.

" Konsensus terkontraksi 2,1%, itu yang menjadi pegangan, dijadikan acuan," jelas Anggaraksa ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (4/2).

Walau hasil PDB Indonesia tahun 2020 tercatat minus, Anggaraksa menilai itu tidak akan memberatkan pergerakan IHSG besok Jumat (5/2).

Sebab, data PDB bersifat lagging atau cerminan masa lampau. Padahal pelaku pasar cenderung forward looking atau lebih mempertimbangkan sentimen-sentimen yang berpengaruh di masa mendatang. Menurutnya, hasil PDB besok sudah diantispasi pelaku pasar.

Baca Juga: Menjelang rilis PDB Indonesia tahun 2020, simak proyeksi IHSG berikut

Sementara untuk kondisi ekonomi ke depan, Anggaraksa bilang belum dapat memberikan gambaran. Hanya saja, penanganan terhadap Covid-19 oleh pemerintah menjadi salah satu sentimen yang menentukan, misalnya saja penerapan lockdown.

Sekadar informasi, menurut catatan Kontan.co.id sebelumnya, pemerintah provinsi DKI Jakarta akan mengkaji opsi lockdown di akhir pekan seperti yang diusulkan oleh anggota DPR. Usulan ini muncul menanggapi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dinilai tidak efektif.

Jika lockdown nantinya benar diterapkan, maka kondisi ekonomi berpeluang semakin tertekan, sehingga berpeluang turut memberatkan pergerakan IHSG. Akan tetapi Anggaraksa menekankan, dampak tersebut tergantung dari seberapa ketat lockdown  diberlakukan.

" Kalau lockdown yang sesungguhnya, dalam artian tidak boleh keluar sama sekali. Itu akan berdampak signifikan walaupun penerapannya hanya di Jakarta," jelasnya.

Jika lockdown yang ketat benar-benar diterapkan, maka saham-saham ritel dan properti akan menjadi sektor yang paling terdampak.

Hanya saja Anggaraksa melihat, pemerintah akan cendrung berkompromi terhadap pembatasan semacam itu. Menurutnya pemerintah akan berupaya mencari keseimbangan antara mengatasi pandemi dan keberlangsungan kegiatan ekonomi.

Sementara itu, ada sektor-sektor yang justru meraup keuntungan jika lockdown diterapkan, misalnya saja telekomunikasi. Penggunaan data selama masa lockdown berpotensi meningkat seiring tingginya permintaan masyarakat untuk pertemuan secara virtual.  Oleh karena itu, saham-saham seperti TLKM, EXCL, dan TOWR akan semakin atraktif.

Baca Juga: Rencana investasi Tesla bakal berdampak positif pada saham ANTM

Di samping itu, Anggaraksa menilai saham-saham barang konsumen, seperti KLBF dan UNVR, tidak kalah menarik. Jika ingin memanfaatkan buy on weakness, investor bisa juga melirik MYOR yang harganya sedang tertekan.

Selain fundamental yang baik, saham-saham tersebut terkenal loyal dalam membagikan dividen. Di sisi lain, sifat saham yang defensif membuatnya lebih aman dalam kondisi apapun.

Saham-saham tersebut disarankan Anggaraksa dengan catatan, investor memegangnya untuk jangka waktu panjang, lebih dari satu tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru