Penawaran lelang SBSN terakhir lebih besar Rp 2,82 triliun dibandingkan sebelumnya

Rabu, 09 Desember 2020 | 08:35 WIB   Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Penawaran lelang SBSN terakhir lebih besar Rp 2,82 triliun dibandingkan sebelumnya


OBLIGASI - JAKARTA. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada Selasa (8/12). Dalam lelang kali ini, jumlah penawaran yang masuk menyentuh Rp 27,76 triliun.

Jumlah tersebut naik jika dibandingkan lelang SBSN sebelumnya (24/11) yang mencapai Rp 24,94 triliun. Dari penawaran yang masuk, pemerintah memutuskan menyerap Rp 6,14 triliun. Sedikit di atas dari target indikatif yang sebesar Rp 6 triliun.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana mengungkapkan, kenaikan ini tidak terlepas dari sikap pelaku pasar dalam beberapa waktu terakhir yang bersikap oportunis.

Apalagi, lelang kali ini merupakan yang terakhir di tahun ini, jadi ini turut menjadi faktor yang meningkatkan minat peserta lelang.

“Dalam beberapa lelang terakhir, baik di SBN maupun SBSN, pelaku investor cenderung mengincar tenor panjang. Mereka beranggapan, dalam masa mendatang, kemungkinan yield Indonesia akan turun lebih banyak, sehingga mencoba memanfaatkan peluang tersebut,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (8/12).

Baca Juga: Kemenkeu sebut realisasi penerbitan SBN telah mencapai Rp 1.071,9 triliun

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menambahkan, kenaikan penawaran ini seiring dengan demand dari investor yang cenderung meningkat. Menurutnya, dengan pergerakan yield di pasar sekunder yang stabil, menandakan permintaan tetap terjaga.

“Untuk lelang kali ini, peserta yang paling banyak datang dari kalangan dana asuransi dan dana pensiun. Dua kelompok institusi ini kan memang mengincar yield, jadi tenor-tenor panjang pasti akan jadi buruan. Tercermin dari jumlah penawaran masuk yang paling besar untuk seri PBS028 yang jatuh temponya masih 2046 mendatang,” tambah Ramdhan.

Seri PBS028 sendiri mendapatkan jumlah penawaran yang masuk hingga Rp 15,985 triliun. Tak hanya paling diburu, seri ini juga yang paling banyak dimenangkan pemerintah yakni sebanyak Rp 2,9 triliun dengan yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 7,14%.

Terkait yield pada lelang kali ini, secara umum bergerak mengecil jika dibandingkan dengan lelang SBSN sebelumnya. Fikri menyebut, dalam sebulan terakhir, pada setiap lelang baik SBN maupun SBSN, yield memang bergerak turun menyesuaikan dengan keadaan, yakni ketika Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan beberapa waktu silam.

“Tapi penurunan yield memang cenderung terbatas, tidak lagi sesignifikan periode Oktober lalu. Hal ini dikarenakan pergerakan yield US Treasury yang tertahan, pada akhirnya, pergerakan yield kita ikut tertahan, termasuk di lelang,” pungkas Fikri.

Baca Juga: Target kuartalan masih jauh, pemerintah bidik target rendah di lelang SBSN terakhir

Berikut besaran rincian serapan masing-masing seri sekaligus besaran yield rata-rata tertimbangnya:

1. SPN-S 09062021  yang jatuh tempo pada 9 Juni 2021. Seri ini mendapatkan nilai penawaran Rp 620 miliar. Pemerintah menyerap sebanyak Rp 240 miliar dengan yield rata-rata yang dimenangkan 2,99%

2. PBS027 yang jatuh tempo pada 15 Mei 2023. Seri ini mendapatkan nilai penawaran Rp 1,605 triliun. Pemerintah memutuskan tidak memenangkan seri ini.

3. PBS026 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2024. Seri ini mendapatkan nilai penawaran Rp 2,850 triliun. Pemerintah menyerap sebanyak Rp 1,650 triliun dengan yield rata-rata yang dimenangkan 4,96%

4. PBS017 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2025. Seri ini mendapatkan nilai penawaran Rp 6,701 triliun. Pemerintah menyerap sebanyak Rp 1,350 triliun dengan yield rata-rata yang dimenangkan 5,29%.

5. PBS028 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2046. Seri ini mendapatkan nilai penawaran Rp 15,985 triliun. Pemerintah menyerap sebanyak Rp 2,90 triliun dengan yield rata-rata yang dimenangkan 7,14%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto

Terbaru