OBLIGASI - JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi sudah mulai kembali semarak belakangan ini. Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sepanjang Maret sudah ada tujuh korporasi yang mendaftarkan penerbitan obligasi.
Perusahaan yang menawarkan obligasi ini pun tergolong nama-nama besar. Mulai dari PT Chandra Asri Petrochemical, PT Tower Bersama Infrastructure, PT Merdeka Copper Gold, PT Indah Kiat Pulp & Paper, hingga PT Bank Mandiri Taspen.
Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengungkapkan, para korporasi tersebut berusaha memanfaatkan momentum tren rendahnya suku bunga acuan untuk bisa menghemat biaya penerbitan.
Baca Juga: Porsi BI di SBN semakin besar, demi stabilkan pasar
Tak hanya itu, di tengah optimisme pemulihan ekonomi seiring vaksinasi yang sudah berjalan, sehingga jadi faktor pendorong bagi korporasi untuk mencari dana lewat obligasi.
“Dari sisi investor, secara permintaan memang untuk obligasi korporasi memang mengalami kenaikan, apalagi untuk penerbit dengan nama-nama besar. Terlebih lagi, saat ini obligasi negara juga tengah dilanda volatilitas seiring tren kenaikan yield US Treasury,” kata Yudha ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (31/3).
Secara prospek, Yudha juga melihat obligasi korporasi bisa dijadikan pilihan investasi alternatif yang menarik. Dari segi kupon yang ditawarkan, ia bilang besarannya saat ini tergolong menarik. Apalagi, dengan durasi obligasi korporasi yang cenderung pendek dibanding SBN, volatilitas harga ke depan pun jauh lebih rendah.
Hanya saja, salah satu kendala obligasi korporasi adalah likuiditas di pasar sekunder. Namun, hal ini bisa tidak jadi masalah ketika para investor memang memegang obligasi korporasi hingga jatuh tempo.
Baca Juga: Pemerintah masih kesulitan lelang SUN
“Namun, para investor tetap harus waspada, karena risiko default masih tetap membayangi walaupun pemulihan ekonomi sudah mulai berjalan dan lebih baik dari tahun lalu. Oleh karena itu, investor sebaiknya tetap melakukan selective buying untuk obligasi korporasi,” imbuh Yudha.
Yudha bilang, dalam memilih obligasi korporasi, investor bisa mempertimbangkan track record emiten penerbit, lalu sektornya apakah yang minim terdampak dari Covid-19, hingga rating dari penerbit.
Ia menilai, sektor consumer goods dan telekomunikasi adalah sektor yang resilient. Adapun, untuk rating, ia merekomendasikan obligasi korporasi dengan rating minimal AA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News