Pertumbuhan pendapatan BBNI diprediksi hingga 12% tahun ini, ini rekomendasi sahamnya

Senin, 05 April 2021 | 20:38 WIB   Reporter: Achmad Jatnika
Pertumbuhan pendapatan BBNI diprediksi hingga 12% tahun ini, ini rekomendasi sahamnya

ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di kantor cabang Bank BNI, Jakarta,


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) di tahun 2020 mengalami penurunan laba bersih hingga 78,68% secara yoy menjadi Rp 3.280 triliun. Menurut BBNI, penurunan ini dikarenakan oleh pandemi yang mana perbankan terkena imbasnya.

Menurut Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama, turunnya kualitas kredit memberikan peluang pada naiknya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).

“Di tahun 2020 kenaikan provisi sebesar 155,6% secara year-on-year (yoy) yang berdampak pada turunnya net profit margin (NPM) BBNI di tahun 2020,” ujar Okie.

Baca Juga: Berdayakan pelaku UKM mitra, BNI dan Semen Indonesia kembangkan solusi digital

Di periode yang sama, kredit BBNI mengalami pertumbuhan sebanyak 5,3% secara yoy menjadi Rp 586,2 triliun. Hal ini didorong oleh pertumbuhan kredit korporasi non BUMN yang tumbuh 10,3% secara yoy dan kredit kecil yang tumbuh sebesar 12,3% secara yoy.

Di sisi lain, BBNI juga mengalami kenaikan dari kredit perumahan rakyat (KPR) sebesar 2,5% secara yoy dan kredit korporasi BUMN yang 4,3% secara yoy. Akan tetapi, kredit menengah dan kartu kredit mengalami penurunan masing-masing sebanyak 7,6% secara yoy dan 9,4% secara yoy.

Secara kinerja di tahun 2020, BBNI mengalami tekanan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19, hingga akhirnya mencatatkan penurunan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) sebanyak 1,78%, menjadi Rp 27,8 triliun.

Okie juga memperkirakan bahwa tekanan pada pertumbuhan kredit masih berpotensi terjadi pada kuartal I dan II di tahun 2021. Akan tetapi, untuk di kuartal III dan IV ia optimis akan terjadi pemulihan.

 

 

“Namun, perlahan dapat pulih di kuartal III dan IV. Pemulihan produktivitas dan aktivitas dari dalam negeri memberikan dampak pada penurunan NPL dan pertumbuhan kredit dimana ekspansi pada pelaku bisnis diharapkan dapat terjadi di kuartal III dan IV,” kata Okie.

Selain itu, menurut Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma dalam hasil riset yang dirilis pada 22 Maret 2021 kinerja BBNI di tahun ini menunjukkan tren perbaikan profil risiko.

Menurutnya, Hingga Februari, status kolektibilitas kredit BBNI di luar kredit konsumer mencatatkan pergeseran distribusi ke kredit dengan risiko rendah.

Hal ini berdampak pada status kolektibilitas BBNI yang berisiko tinggi turun dari 14% di Okt 2020 menjadi 9.6% di bulan Februari 2021, sedangkan yang berisiko medium turun dari 32.7% menjadi 31.4%.

Manajemen BBNI menegaskan akan terus memantau pinjaman yang direstrukturisasi secara berkala. BBNI juga melakukan survei kepada 90% pinjaman dari segmen korporasi, menengah, dan kecil untuk mengetahui kapasitas pembayaran mereka di lapangan.

Berdasarkan hasil survei tersebut, per Februari 2021, shadow NPL turun sedikit menjadi Rp 39,3 triliun dari sebelumnya Rp 40,8 triliun atau turun sebanyak 3,7% dari bulan Oktober 2020.

Dari shadow NPL bulan Februari tersebut, 58% diantaranya beresiko tinggi dan 42% beresiko medium. Sedangkan di bulan Oktober 2020 jumlahnya mencapai Rp 40,8 triliun dengan 61% berisiko tinggi dan 39% beresiko medium.

Menurut Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri dalam risetnya yang dirilis pada 25 Maret 2021, di tahun ini segmen korporasi dan penggajian akan menjadi mesin pertumbuhan utama.

Di segmen korporasi, akan tetap menjadi bisnis inti BBNI kedepannya, dengan nama-nama korporasi papan atas bluechip sebagai fokus utama dari BBNI.

Selain itu, untuk pinjaman penggajian akan menjadi mesin pertumbuhan lainnya, hal ini berkat pasar yang kurang terpenetrasi karena BBNI memiliki 3,4 juta akun penggajian pada Desember 2020. Ia memperkirakan secara keseluruhan buku pinjaman bank diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,1% secara yoy di tahun 2021.

Baca Juga: Restrukturisasi kredit di Februari bertambah, begini rekomendasi saham BBNI

Sehingga Eka Savitri dalam risetnya meyakini bahwa untuk tahun 2021, asumsi biaya kredit 360 basis poin harus cukup memberikan perlindungan tambahan terhadap potensi penurunan kualitas aset. Selain itu, ia juga memperkirakan penurunan 20 basis poin pada Cost of Fund (CoF) campuran menjadi 2,4% sejalan dengan prospek stabil BI rate.

Di tahun 2021 ini juga, Okie memproyeksikan pertumbuhan pendapatan pada BBNI hingga 12%. “Kami memproyeksikan adanya potensi pertumbuhan pendapatan sebesar 12% sedangkan dari laba bersih sebesar 18% hingga 25% di tahun 2021,” pungkas Okie.

Okie merekomendasikan BBNI beli dengan target Rp 7.900 per saham. Eka Savitri merekomendasikan beli dengan target harga Rp 8.000 per saham. Suria Dharma merekomendasikan beli dengan target harga Rp 8.500 per saham, atau 1,2x PBV di tahun 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru