INVESTASI - JAKARTA. Prospek pasar keuangan Tanah Air dinilai masih akan positif ke depan, investor bisa menambahkan porsi aset berisiko pada portofolionya jelang akhir tahun.
Sebagai gambaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencatatkan kenaikan dalam beberapa terakhir, dimana pada perdagangan Senin (16/11) indeks kembali ditutup menguat 0,62% ke level 5.494.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengungkapkan, kunci menyusun portofolio adalah konsisten memilih instrumen investasi dengan fundamental baik dan valuasi tidak mahal. Menurutnya, meskipun sudah naik harga saham masih terdiskon sekitar 15% dari valuasi wajarnya, sedangkan untuk obligasi pergerakan harganya hampir netral.
Baca Juga: Investor asing mencatat net sell meski IHSG menguat 0,62% pada Senin (16/11)
"Namun, keduanya (saham dan obligasi) punya prospek positif tahun depan, seiring dengan pemulihan bisnis," kata Farash kepada Kontan, Senin (16/11).
Di samping itu, Farash menilai hasil kemenangan Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS) selanjutnya turut memberikan pengaruh positif bagi pasar keuangan dalam jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang, investor masih perlu melihat bagaimana pemulihan bisnis khususnya terkait penangan Covid-19.
"Saat ini investor lebih condong relokasi dari safe haven ke risk asset, termasuk mata uang rupiah," ungkapnya.
Apalagi, Farash juga memandang bahwa pergerakan dollar AS masih dalam tren melemah. Hal tersebut terkait dengan supply greenback yang semakin banyak akibat stimulus moneter dan kebijakan fiskal di Negeri Paman Sam.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham top gainers sejak kuartal I-2020 hingga hari ini
Adapun dalam menyusun portofolio di akhir tahun, Farash membaginya dalam tiga kategori usia, yakni usia muda, menengah hingga senior. Untuk usia muda bisa menempatkan asetnya pada instrumen jangka panjang dengan porsi saham 80%-90%, pasar uang 5%-10%, dan pendapatan tetap sekitar 5%-10%.
Selanjutnya, untuk kategori usia menengah bisa lebih balanced dalam mengatur portofolionya dengan komposisi saham 50%-60%, pasar uang 10%-20%, dan pendapatan tetap 30%. Sedangkan untuk usia senior bisa menempatkan 5%-10% pada instrumen saham, 80%-90% pada pasar uang dan sisanya sekitar 5%-10% di pendapatan tetap.
"Seandainya tren pemulihan bisnis berlanjut, seharusnya aset berisiko kan lebih outperform dibandingkan safe haven seperti emas," tandasnya.
Selanjutnya: Pasar saham terkoreksi, pendapatan investasi industri dana pensiun ikut turun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News