Reksadana pendapatan tetap dan pasar uang masih akan menopang AUM industri reksadana

Selasa, 12 Januari 2021 | 10:05 WIB   Reporter: Danielisa Putriadita
Reksadana pendapatan tetap dan pasar uang masih akan menopang AUM industri reksadana


REKSADANA - JAKARTA. Pasar saham di tahun ini masih akan fluktuatif. Alhasil, diproyeksikan pertumbuhan dana kelolaan atawa asset under management (AUM) industri reksadana masih akan banyak disokong oleh reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap. 

Reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap menjadi reksadana yang menyokong pertumbuhan AUM industri reksadana di sepanjang 2020. Berdasarkan data Infovesta Utama, total AUM industri reksadana tanpa reksadana penyertaan terbatas dan denominasi dolar AS mencapai Rp 552,27 triliun di sepanjang 2020.

Jumlah tersebut naik 3,79% dari posisi tahun lalu yang sebesar Rp 532,13 triliun. Jenis reksadana yang naik tertinggi dan menyokong pertumbuhan AUM adalah reksadana pasar uang.

Reksadana pasar uang tumbuh 35% secara tahunan dengan AUM mencapai Rp 92,54 triliun. Sedangkan, reksadana pendapatan tetap turut menyumbang pertumbuhan dengan catatkan kenaikan AUM sebesar 11% secara tahunan menjadi Rp 126 triliun.

Baca Juga: Begini strategi investor kawakan di tengah masa pemulihan 2021

Berbeda dengan AUM reksadana saham yang tercatat turun 7,73% secara tahunan menjadi Rp 126 triliun. Begitu pun AUM reksadana campuran menurun lebih dalam 12,68% menjadi Rp 26,27 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memproyeksikan, reksadana pasar uang dan pendapatan tetap masih akan menjuarai pertumbuhan AUM di sepanjang tahun ini. Sebaliknya, pertumbuhan AUM reksadana berbasis saham belum diproyeksikan belum akan menggantikan posisi pertumbuhan AUM tertinggi. 

Wawan melihat meski memang di tahun ini pelaku pasar optimistis bahwa pemulihan ekonomi akan terjadi, tetapi fluktuatif di pasar saham masih rentan terjadi. Apalagi distribusi vaksin baru benar-benar meluas di 2022. Belum lagi, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali berpotensi menghambat percepatan pemulihan ekonomi.

Baca Juga: Dana kelolaan reksadana naik 3,79% menjadi Rp 552,27 triliun di sepanjang 2020

Ditambah, saat menanti ekonomi pulih, perusahaan-perusahaan yang sudah hampir setahun ini mengetatkan keuangan mulai semakin sulit untuk bertahan. "Ketidakpastian pemulihan ekonomi  berdampak negatif pada pasar saham," kata Wawan.

Dengan begitu, Wawan menilai pasar obligasi, seperti reksadana pendapatan tetap serta reksadana pasar uang masih akan menjadi pendorong utama pertumbuhan AUM industri reksadana, daripada reksadana berbasis saham. "Jadi amannya masuk banyak di obligasi, berikutnya pasar uang, sementara saham jadi diversifikasi saja untuk ikut menikmati perbaikan kinerja, tetapi jangan taruh semua di saham," kata Wawan. 

Baca Juga: Tahun 2021, kinerja bisnis wealth management perbankan diproyeksi tumbuh positif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru