BURSA EFEK / BURSA SAHAM - JAKARTA. Indeks Papan Pengembangan (Development Board) menyusut dengan cepat. Anjlok 1,06% pada perdagangan Selasa (6/12), indeks papan pengembangan sudah minus 2,76% sejak awal tahun alias year to date (YTD).
Padahal, pada 1 Desember 2022, masih tercatat tumbuh 0,33%. Mundur lebih jauh, per 31 Oktober 2022 indeks papan pengembangan masih bisa melaju dengan kenaikan 2,32% secara YTD.
Sangat kontras jika dibandingkan dengan kinerja indeks Papan Utama (Main Board). Meski sama-sama merosot, tapi hingga hari ini indeks papan utama masih tumbuh 11,34% sejak awal tahun 2022.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Melanjutkan Pelemahan Pada Perdagangan Rabu (7/12)
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menganalisa, kinerja papan utama jauh lebih unggul lantaran selama tiga bulan terakhir terjadi tekanan jual yang cukup kencang pada papan pengembangan. Koreksi terutama dipengaruhi oleh saham-saham di sektor teknologi dan infrastruktur yang berkapitalisasi kecil hingga menengah.
Koreksi ini sejalan dengan kondisi pasar saham secara umum yang tercermin dari rontoknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada perdagangan hari ini saja, IHSG anjlok 1,36% ke posisi 6.892,57.
"Sejalan dengan tren umum IHSG, namun tekanan papan pengembangan jauh lebih dalam. Sedangkan papan utama lebih inline dengan IHSG," kata Praska saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (6/12).
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menambahkan, fluktuasi harga saham yang lebih tinggi di papan pengembangan terbilang wajar.
Sebab, konstituennya juga diisi oleh sejumlah emiten yang belum menghasilkan keuntungan atau sedang dalam penyehatan.
Sementara itu, papan utama relatif diisi oleh emiten berkapitalisasi besar dengan track record yang apik. Dengan begitu, fluktuasi kinerja keuangan lebih kecil, yang cenderung terefleksi dari gerak harga sahamnya.
Menjelang tutup tahun, investor memilih saham-saham yang lebih stabil, terlebih mengantisipasi adanya window dressing. Begitu pun sebaliknya, dalam situasi saat ini dimana pasar saham sedang memerah, investor bersikap lebih hati-hati alias konservatif.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menambahkan, di tengah ketidakpastian pasar saham saat ini, investor cenderung bermain aman. Sehingga saham-saham di papan utama lebih menjadi pilihan.
"Ini akan menjadi pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi. Meskipun terdapat potensi yang menarik di papan pengembangan," ujar Fajar.
Papan pengembangan merupakan salah satu dari empat papan pencatatan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam perhitungan indeks, ada 436 saham yang menghuni papan ini.
Baca Juga: IHSG Anjlok 1,36% ke 6.892, Selasa (6/12), Sektor Infrastruktur Turun Dalam
Terdapat beberapa syarat emiten dikategorikan sebagai papan pengembangan. Di antaranya, operasional pada core business yang sama minimal 12 bulan, aktiva berwujud bersih minimal Rp 5 miliar, dan jumlah pemegang saham minimal 500 pihak.
Terbaru, BEI sudah melakukan evaluasi papan pencatatan untuk periode 30 November 2022 sampai dengan 30 Mei 2023. Hasilnya, ada 10 saham yang naik kelas dari papan pengembangan ke papan utama.
Pada saat yang sama, ada empat saham yang bergeser dari papan utama ke papan pengembangan. Mereka adalah PT Makmur Berkah Armada Tbk (AMAN), PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL), PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY), dan PT Trinitan Metals And Minerals Tbk (PURE).
Menurut Praska, hasil evaluasi ini tidak berdampak signifikan bagi pergerakan indeks. Empat saham baru yang bergeser ke papan pengembangan pun tidak mencolok. Sehingga tak akan mempengaruhi persepsi investor.
"Investor lebih cenderung memilih prospek kinerja fundamental dari emiten, di samping mempertimbangkan analisa tren harga dan likuiditasnya," imbuh Praska.
Ada beberapa saham di papan pengembangan yang bisa ditimbang sebagai alternatif diversifikasi portofolio untuk jangka pendek - menengah. Praska menjagokan saham PT Multi Indocitra Tbk (MICE) dan PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI).
Baca Juga: Saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Hari Ini Turun 6,25% Ada Apa?
Sementara itu, Rio merekomendasikan saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Harga batubara yang kembali menguat ke level US$ 400 per metrik ton akan memoles prospek ADMR.
Sedangkan Fajar menyarankan untuk melirik saham PT Akasha Wira International Tbk (ADES) dengan support di Rp 7.275 dan resistance pada Rp 7.875. Kemudian, saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) dengan support Rp 6.900 dan resistance Rp 8.700.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News