REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Sejumlah saham dari sektor teknologi berhasil menempati posisi saham dengan kenaikan tertinggi sepanjang tahun 2021. Saham-saham dari sektor digital tersebut salah satunya adalah PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) yang melonjak 2.677,78% sejak awal tahun, kemudian PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) dengan kenaikan 1.005,93% ytd, dan PT MNC Studios International Tbk (MSIN) melejit 1.000,56%.
Selanjutnya, saham-saham teknologi yang juga mengalami pertumbuhan signifikan yakni PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH) dengan kenaikan 790,63% ytd dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) yang naik 405,63% ytd.
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menilai, kenaikan harga saham-saham teknologi tertopang meningkatnya laba operasional emiten-emiten tersebut. Menurut Ivan, hal ini menandakan performa harganya tidak hanya berdasarkan semata atas ekspektasi dari pelaku pasar, tetapi memang memang kinerja yang meningkat.
“Seperti kita tahu semenjak memasuki pandemi, teknologi semakin maksimal dimanfaatkan dalam rangka efisiensi SDM atau pengembangan bisnis digital di samping untuk menunjang aktivitas pekerjaan dan sebagainya,” ujar dia, Senin (27/12).
Baca Juga: Kinerja November Masih Lesu, Simak Rekomendasi Saham Ace Hardware (ACES)
Ivan melihat, pada tahun depan saham dari sektor teknologi masih berpotensi menarik minat investor seiring dengan perkembangan teknologi yang terus terjadi. Dia bilang, pola bisnis yang mengarah pada digitalisasi akan membuat emiten teknologi semakin diuntungkan situasi. Selain itu, ia juga memperkirakan dari sisi kinerjanya akan cenderung stabil dan bahkan meningkat.
Lebih lanjut Ivan mencermati, saham teknologi yang berpotensi kembali mencatatkan rekor harga tertinggi salah satunya MTDL. “Jika dilihat, MTDL mencatat konsistensi pertumbuhan laba operasional dalam kurun 5 tahun terakhir. Lalu ada MLPT yang bertumbuh dalam 3 tahun terakhir,” terang Ivan.
Dengan demikian, Ivan memberikan rekomendasi akumulasi beli untuk kedua saham tersebut dengan target harga MTDL di Rp 4.400 per saham dan MLPT di Rp 5.000 per saham.
Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Jadi Momentum Emiten Menaikkan Alokasi Capex
Secara teknikal, Ivan melihat memang ada potensi koreksi dalam jangka pendek untuk saham MTDL sebelum melanjutkan proyeksi uptrend ke depan. Sementara MLPT cenderung konsolidasi biasa.
“Namun yang terpenting bagi investor untuk menghindari saham bubble, tentu perlu mengacu kembali pada laporan keuangan tiap kuartal di 2022 nanti untuk mengevaluasi posisi investasinya di saham-saham teknologi tersebut. Jika memang ternyata kinerja kembali meningkat, artinya risiko bubble masih relatif rendah,” papar Ivan.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menambahkan, ada sejumlah sentimen positif untuk saham sektor teknologi, misalnya saja percepatan era digitalisasi sebagai dampak dari Covid-19, kemudian proses pemulihan ekonomi global dan Indonesia yang berjalan sesuai dengan harapan, salah satunya dilihat dari realisasi kenaikan suku bunga.
Baca Juga: Saham-saham ESG punya prospek menjanjikan, intip rekomendasinya
Tak hanya itu, minat pendanaan yang tinggi terhadap perusahaan teknologi juga menjadi sentimen positif. “Kolaborasi bisnis yang terus terjadi seperti aksi merger dan akuisisi terhadap perusahaan teknologi masih akan tinggi ke depan,” tutur Alfred.
Di lain sisi, potensi penundaan pemulihan ekonomi yang disebabkan varian baru bisa jadi pemberat untuk sektor teknologi.
Dari jajaran saham sektor teknologi, dia memandang saham MTDL masih menarik untuk dicermati.
Dari segi valuasinya juga tergolong murah ketimbang saham emiten teknologi lainnya. Alfred memprediksi laba bersih MTDL tahun depan masih akan tumbuh baik sekitar 20%-25%. Adapun target harga untuk MTDL berada di Rp 4.500 per saham.
Baca Juga: Menilik Prospek Saham Jawara Sepanjang 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News