IHSG - JAKARTA. Sejumlah emiten penghuni Indeks LQ45 masih menunjukkan prospek yang baik hingga semester I 2021. Salah satu indikatornya adalah tingkat return on asset (ROA) yang cukup tinggi.
PT Unilever Indonesia Tb k (UNVR) menjadi emiten dengan ROA tertinggi, yakni mencapai 31,66%. Disusul oleh PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dengan ROA 18,09%, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dengan 18,08%, PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN) dengan ROA sebesar 15,06%, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan ROA 12,50%.
Analis Erdikha Elit Sekuritas Hendri Widiantoro menyebut, ROA merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan modal kerja, efisiensi proses produksi, dan efisiensi penjualan dengan cara membandingkan laba bersih dan total asset perusahaan.
Baca Juga: Simak proyeksi IHSG dan rekomendasi saham untuk perdagangan Senin (6/9)
Dengan rasio ROA, perusahaan dapat membandingkan kinerja perusahaan dengan kompetitor sejenisnya, sehingga akan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan dalam hal pengalokasian asetnya untuk kegiatan ekspansi.
Selain ROA, sebenarnya ada pula rasio profitabilitas lain yang bisa digunakan untuk menilai sebuah perusahaan, yakni return on equity (ROE). ROE merupakan rasio keuangan perusahaan yang digunakan untuk melihat profitabilitas perusahaan berdasarkan modal/ equity yang dimiliki, tanpa melihat faktor dari utang perusahaan.
Hendri menyebut, ROE sangat menarik dicermati bagi pemegang maupun calon pemegang saham dan juga bagi manajemen. Hal ini karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholders value creation. Artinya, semakin tinggi rasio ROE, semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Baca Juga: IHSG diprediksi bergerak sideways pekan depan, cermati sentimen yang membayangi
“Hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut,” terang Hendri kepada Kontan.co.id, Minggu (5/9).
Hendri melanjutkan, baik ROA maupun ROE yang lebih tinggi merupakan dua hal yang positif. ROA yang tinggi mengindikasikan bahwa secara jangka panjang emiten cukup efektif dalam mencetak keuntungan dengan aset yang mereka punya. Sedangkan ROE yang tinggi mengindikasikan secara jangka panjang perusahaan cukup efektif dalam mencetak keuntungan dengan modal/ekuitas yang mereka punya. Begitupun sebaliknya.
Hemat dia, ROA dan ROE yang ideal adalah ROA dan ROE yang lebih besar dari rata-rata sektoral, industri, maupun kompetitornya. Ada sedikit perhatian pada rasio ROE, yaitu investor harus memperhatikan standar ROE di atas return deposito.
Investor juga harus melihat aspek keuntungan kerugian (trade-off) dalam hal pengambilan keputusan. “Buat apa memilih sebuah investasi yang berisiko tinggi seperti saham apabila return yang diperoleh tidak lebih baik dari instrumen investasi tersebut yaitu deposito, sukuk, dan obligasi lainnya?” sambung dia.
Hendri menilai, emiten dengan ROA dan ROE yang tinggi seperti UNVR, HMSP, MIKA, hingga CPIN, cukup menarik. Sebab, rata-rata imbal hasil yang ditawarkan lebih besar dari rata-rata deposito dan Surat Berharga Negara (SBN).
Kisaran rata-rata deposito saat ini berada di level 3,85% per tahun berdasarkan rata-rata imbalan deposito perbankan per 30 Agustus 2021. Sedangkan yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan berada di level 6,05% pada pekan lalu.
Selanjutnya: Delapan saham ini paling banyak dijual asing selama sepekan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News