REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Terpilihnya Joe Biden menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) diprediksi akan memberikan angin segar bagi emerging market.
Analis HP Sekuritas Liza Camelia menjelaskan setelah terpilihnya Joe Biden, pasar perlu memperhatikan senat AS nantinya akan diisi oleh mayoritas Partai Republik atau Partai Demokrat. Apabila senat diisi oleh mayoritas Republik maka rencana kucuran paket stimulus mungkin akan tertunda atau tidak akan sebesar rencana awal yaitu US$ 2,2 triliun.
Hal ini akan menyebabkan The Fed perlu menjaga interest rate tetap rendah dibanding mata uang negara-negara G10 lainnya supaya sektor riil mampu bergulir. Oleh karena itu, Liza memproyeksikan Dolar AS masih akan dalam tren pelemahan. Kondisi ini akan bagus bagi saham-saham perbankan Indonesia.
Baca Juga: IHSG meroket, kinerja reksadana ikut terangkat
Lebih lanjut lagi, current account deficit (CAD) diperkirakan akan terus melebar sehingga AS perlu mencari pendanaan (funding) lebih dengan berhutang. "Nah bertambahnya tingkat utang AS ini menyebabkan dolar AS mulai ditinggalkan sebagai safe-heaven, dan meninggalkan emas sebagai the only safe-heaven yang sementara ini mungkin masih mampu bertahan naik," jelas Liza, Senin (9/11).
Sementara itu, yang menjadi perhatian dari rencana pemerintahan Joe Biden antara lain rencana investasi US$ 1,3 triliun selama 10 tahun pada sektor infrastruktur energi terbarukan seperti kendaraan listrik, jaringan listrik, air, dan transportasi. Kebijakan ini tentunya akan mempengaruhi pergerakan saham INCO dan ANTM.
Sedangkan dari sisi energi, pemerintahan Joe Biden akan mengetatkan peraturan yang mengedepankan kelestarian lingkungan. Sehingga diperkirakan bakal memberikan dampak menyulitkan bagi perusahaan pertambangan yang kurang perhatian pada faktor environmental, social, dan governance (ESG), serta produksi minyak dan gas.
Dengan demikian mengurangi supply komoditi tambang dan berpotensi menaikkan harga minyak. Kondisi ini nantinya bakal mempengaruhi pergerakan saham MEDC dan ELSA.
Baca Juga: IHSG naik 0,38% ke 5.356 pada perdagangan Senin (9/11), saham bank diborong asing
Dari kondisi-kondisi di atas, saat ini Liza menyarankan investor untuk sell on strength saham ANTM karena secara teknikal telah berada kembali pada resistance level tertinggi tahun lalu di area Rp 1.175.
Saham INCO juga direkomendasikan sell on strength dari sejak bulan April 2020 menjalani tren naik dalam pola parallel channel dan pada bulan Oktober lalu akhirnya kembali menghampiri level tertinggi tahun 2018 pada range Rp 4.650 - Rp 4.720.
Setelah itu, INCO terlihat konsolidasi dalam tren sideways dengan momentum yang terlihat melemah dari pantauan RSI negative divergence menyiratkan potensi tren reversal di depan mata.
Baca Juga: Kuartal III-2020, pendapatan dan laba bersih Pyridam Farma (PYFA) berhasil meningkat
Sementara itu, untuk saham MEDC direkomendasikan spekulatif beli dan melakukan average up di kisaran Rp 398 - Rp 400. MEDC saat ini tengah berkonsolidasi dalam pola flag, juga menunjukkan dukungan pada fase awal ini meski perlu break out di atas Rp 398.
Sedangkan untuk saham ELSA, direkomendasikan buy on break di atas Rp 218. Saat ini ELSA tengah mencoba menembus resistance yang akan membawa lari menuju target-target Rp 224, Rp 230 dan Rp 234.
Selanjutnya: Samindo Resources (MYOH) berencana akuisisi tambang batubara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News