Simak Rekomendasi Saham Harum Energy (HRUM) yang Ekspansi ke Bisnis Nikel

Rabu, 11 Mei 2022 | 08:20 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Simak Rekomendasi Saham Harum Energy (HRUM) yang Ekspansi ke Bisnis Nikel


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) terus melebarkan sayapnya ke bisnis nikel. Terbaru, melalui anak usahanya yakni PT Harum Nickel Industry (HNI), HRUM membeli 20% saham PT Westrong Metal Industry dengan nilai US$ 75 juta.

Westrong Metal Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pemurnian nikel (smelter). Smelter milik Westrong Metal Industry yang menggunakan teknologi rotary klin electric furnace (RKEF) direncanakan akan mulai dibangun dalam tahun ini berikut infrastrukturnya di kawasan Industri Weda Bay di Kabupaten Halmahera Tengah. Smelter ini memiliki kapasitas produksi tahunan antara 44.000 sampai 56.000 ton nikel dalam bentuk feronikel/nickel pig iron.

Sebelumnya, HRUM beberapa kali sempat menambah kepemilikannya di saham perusahaan nikel dan smelter nikel, seperti di PT Infei Metal Industry, perusahaan yang bergerak dalam bidang pemurnian nikel (smelter).

Baca Juga: Perusahaan Batubara Ramai-Ramai Rambah Industri Nikel

Raditya Pradana, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera menilai, ekspansi bisnis yang dilakukan HRUM di segmen nikel akan memperkuat ekosistem bisnis dari HRUM. Ekspansi bisnis di segmen nikel berpotensi membuka ladang pendapatan baru bagi HRUM selain dari segmen batubara.

Di sisi lain, kinerja HRUM juga tertopang harga batubara yang juga masih solid. Menurut Raditya, selama hubungan Rusia dan Ukraina masih memanas dan belum menemukan titik terang untuk berdamai, maka harga komoditas masih tetap tinggi, tak terkecuali untuk harga batubara.

“Kondisi ini tentunya masih menjadi katalis positif bagi HRUM,” terang R aditya kepada Kontan.co.id, Selasa (10/5).

Baca Juga: Melihat Rencana Ekspansi Harum Energy (HRUM) di Sektor Nikel

Sementara itu, analis Korea Investments & Sekuritas Indonesia Fahressi Fahalmesta memperkirakan pendapatan dari bijih nikel akan berkontribusi 19,1% dari pendapatan konsolidasi HRUM pada 2022. Persentase ini akan terus berkembang menjadi 38,9% dari total pendapatan HRUM pada 2025.

Fahressi memperkirakan, keuntungan dari PT Infei Metal Industry (IMI) dan Nickel Mines Limited (NIC) akan menyumbang sebesar US$ 53,7 juta atau 20,7% dari laba bersih konsolidasi HRUM pada 2022. Angka ini diperkirakan bakal meningkat menjadi US$ 128 juta pada 2025 atau 70,7% dari laba bersih konsolidasi HRUM.

Fahressi memandang, harga batubara global dalam jangka menengah akan bertahan pada level yang tinggi, terutama karena stabilnya permintaan dari China dan risiko kurangnya pasokan di Eropa di tengah kecamuk perang Rusia-Ukraina.

Baca Juga: Perkuat Bisnis Nikel, Harum Energy (HRUM) Rampungkan Akuisisi 20% Saham Westrong

Fahressi memproyeksikan produksi batubara HRUM pada 2022 dan 2023 masing-masing akan sebesar 4,3 juta ton  dan 5,0 juta ton. Dari sisi harga, Fahressi memperkirakan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara milik HRUM masing-masing berada di angka US$ 133 per ton dan US$ 105 per ton pada  2022 dan 2023.

Korea Investments & Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli saham HRUM dengan target harga Rp 16.500.

Raditya menilai harga HRUM saat ini sudah premium berdasarkan price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV). “Kami sarankan untuk buy on weakness saja, untuk meminimalkan risiko,” tutup dia. 

Pada perdagangan Selasa (10/5), saham HRUM ditutup melemah 6,82% ke level Rp 10.250.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru