REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) punya prospek cerah setelah penggabungan usaha dengan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I). Aksi merger tersebut bahkan memberi peluang bagi ISAT menjadi pemimpin di pasar operator seluler Indonesia.
Analis Maybank Sekuritas Etta Rusdiana Putra menjelaskan dalam risetnya tanggal 4 Oktober 2022 bahwa merger ISAT dengan H3I akan mempercepat daya saingnya dalam sekejap.
Pasca merger pada 4 Januari 2022, jaringan Base Transceiver Station (BTS) ISAT telah mengoperasikan secara total 198.567 BTS pada semester pertama 2022, dimana sebanyak 123,901 atau setara 62% merupakan BTS 4G.
Jumlah total BTS Indosat telah meningkat dari posisi akhir tahun lalu yang hanya sejumlah 162.282 unit.
Baca Juga: Indosat (ISAT) Kian Tangguh Pasca Merger, Simak Rekomendasi Sahamnya
Dengan adanya penggabungan usaha, maka menciptakan pula efisiensi yang lebih tinggi yaitu dari relokasi jaringan sehingga bakal berdampak pada profitabilitas.
Serta, adanya ruang untuk berkolaborasi dengan pemain FTTH (Fiber-to-the-Home) lainnya untuk menciptakan layanan konvergensi.
"Kami pikir jaringan yang lebih cepat akan menghasilkan permintaan yang lebih tinggi, dan kami yakin masih ada ruang untuk ekspansi di Fiber to the Home (FTTH) melalui kolaborasi," tulis Etta dalam riset.
Oleh karena itu, Maybank Sekuritas optimistis bahwa jaringan ISAT pasca merger akan meningkat secara signifikan. Bahkan, akan mampu bersaing secara head-to-head dengan Telkomsel.
Frekuensi ISAT sudah meningkat menjadi 135Mhz yakni terbesar kedua setelah Telkomsel 155Mhz. Sedangkan, dari sisi jumlah pelanggan ISAT telah melonjak 50% dari 62,9 juta di tahun 2021 menjadi 96,2 juta di semester I-2022.
Baca Juga: PHK 300 Lebih Karyawan, Simak Bisnis dan Rekomendasi Saham Indosat (ISAT)
Dengan demikian, Maybank Sekuritas memproyeksikan pendapatan ISAT akan mendapatkan compound annual growth rate (CAGR) 19,4% dari Rp 31,3 triliun di tahun 2021 menjadi Rp 53,4 triliun di tahun 2024. Prospek margin yang lebih tinggi dari efisiensi jaringan diyakini meningkatkan profitabilitas.
Hanya saja, manfaat penuh dari merger membutuhkan setidaknya dua tahun untuk memetik hasil.
Selain itu, penyetelan kembali konfigurasi jaringan dinilai cukup rumit mengingat ukuran dan lokasinya, saat bernegosiasi dengan vendor mungkin memakan waktu lebih lama dari yang diproyeksikan terutama untuk perusahaan menara.
Selain itu, beberapa faktor risiko bakal membayangi target kinerja dan pendapatan ISAT.
Risiko tersebut diantaranya penutupan jaringan 2G/3G yang dipercepat sehingga meningkatkan depresiasi, penataan ulang jaringan yang lebih lama dari perkiraan, perang harga data, resesi dan inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli, peraturan dan pemisahan jaringan, risiko eksekusi, dan risiko pembiayaan kembali.
Meski demikian, Maybank Sekuritas menilai optimisme manajemen ISAT untuk mempercepat proses integrasi sudah sejalan. Hingga September 2022, manajemen ISaT menyatakan telah mencapai 50% integrasi jaringan dan target untuk menyelesaikan 42.000 unit BTS pada akhir tahun 2022.
Baca Juga: Volume Jasa Angkut Batubara Naik, RMK Energy (RMKE) Prediksi Kinerja Bakal Meningkat
Maybank Sekuritas merekomendasikan Buy saham ISAT dengan target harga sebesar Rp 9.000 per saham.
Sebagai informasi tambahan, hingga semester I-2022, pendapatan Indosat tercatat sebesar Rp 22,53 triliun, naik 50,4% secara tahunan atawa year on year (yoy).
Kenaikan pendapatan Indosat tersebut ditopang oleh kenaikan pada pendapatan selular yang mencapai 57,58% yoy menjadi Rp 19,54 triliun per Juni 2022.
Sisanya berasal dari pendapatan multimedia, komunikasi data, internet (MIDI) sebesar Rp 2,62 triliun di semester I-2022. Lalu, pendapatan telekomunikasi senilai Rp 371,52 miliar di periode Januari-Juni 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News