INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak berencana merevisi target initial public offering (IPO) meski tahun ini menyisakan kurang dari dua bulan lagi. Target IPO tidak berubah, tetap 53 perhelatan IPO hingga akhir tahun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebut, sudah ada 40 IPO sejak awal tahun hingga 1 November kemarin. Sementara, saat ini masih ada 28 perusahaan dalam antrian di pipeline saham BEI.
Sebagian besar perusahaan menggunakan pembukuan 2021 sebagai basis IPO. "Kami harapkan semua bisa tercatat di tahun ini," ujarnya, Selasa (2/11).
Mempertimbangkan kondisi tersebut, BEI optimistis mampu mengejar sisa 13 IPO untuk memenuhi target. Terlebih, sebagian besar calon emiten saham tersebut tinggal menunggu kesiapan dari lembaga dan profesi penunjang.
Baca Juga: Masih ada 28 calon emiten akan IPO, perusahaan aset skala besar mendominasi
Daftar 28 pipeline IPO saat ini didominasi oleh perusahaan aset skala besar, yakni sebanyak 16 perusahaan. Kemudian, 9 perusahaan termasuk aset skala menengah dan 3 perusahaan tergolong aset skala kecil.
Jika dilihat dari sektor bisnisnya, maka perusahaan yang tergolong dalam sektor Barang Konsumsi Non-Primer (Consumer Cyclicals) menjadi yang terbanyak dalam pipeline, yakni 8 perusahaan. Disusul sektor Barang Konsumen Primer (Consumer Non-Cyclicals) sebanyak 5 perusahaan.
Selanjutnya, 3 perusahaan berasal dari sektor Infrastruktur dan 3 lainnya dari sektor Energi. Lalu, masing-masing 2 perusahaan termasuk dalam sektor Barang Baku, Perindustrian, dan Teknologi. Sisa 3 perusahaan masing-masing berasal dari sektor Keuangan, Transportasi & Logistik, dan Properti & Real Estate.
Perkiraan dana yang dihimpun dari 28 pipeline sekitar Rp 31,27 miliar. "Tapi, ini asumsi menggunakan nilai nominal, bukan harga offering," imbuh Nyoman.
Selanjutnya: Sarana Menara (TOWR) Konsolidasikan Menara ke Protelindo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News