EMITEN - JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) optimistis dengan prospek bisnis di sepanjang tahun ini. Optimisme tersebut didorong oleh berbagai program recovery yang dilakukan Perusahaan akibat dampak deri pandemi Covid-19.
VP Corporate Secretary and Legal, Rian Fajar Isnaeni mengungkapkan, perusahaan menargetkan pendapatan sebesar US$ 319 juta di tahun ini. Target pendapatan tersebut meningkat sekitar 50% dari pencapaian tahun 2021.
"Trend peningkatan untuk target pendapatan ini terjadi seiring dengan membaiknya kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia dan dunia," ungkap Rian kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: GMFI Kian Mantap Ekspansi ke Industri Pertahanan
Dia menuturkan, ada beberapa katalis positif yang mendukung kinerja GMFI di tahun ini. Di antaranya, penurunan jumlah kasus positif Covid-19 dan semakin masifnya program vaksinasi, hingga pembukaan border antar negara untuk penerbangan Internasional, termasuk kembali dibukanya kegiatan haji dan umrah.
"(Kemudian) Penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia, dan semakin mudahnya syarat bagi penumpang untuk melakukan perjalanan udara," lanjut dia.
Di samping adanya katalis positif, GMFI juga disebut Rian menjalankan sejumlah strategi, termasuk strategi diversifikasi bisnis yang tengah dijalankan.
"Dalam upaya untuk memitigasi dampak penurunan pendapatan, Perusahaan melakukan ekspansi pada segmen bisnis yang tidak terlalu terdampak oleh pandemi. Pada akhir 2021 Perseroan menandatangani perjanjian kerja untuk perawatan pesawat angkut C-130 milik TNI yang diharapkan dapat dilanjutkan dengan peluang pekerjaan lainnya," jelas Rian.
Selain itu, Perseroan juga terus meningkatkan volume bisnis segmen Industrial Gas Turbine Engine (IGTE) secara agresif. Adapun, dengan mulai membaiknya kondisi dunia aviasi, GMFI juga dinilai berpeluang untuk mendapatkan kontrak reaktivasi pesawat untuk dapat kembali terbang setelah grounded akibat pandemi Covid-19.
GMFI belum merilis laporan keuangan tahun buku 2021. Rian hanya mengatakan bahwa di tahun lalu, pandemi Covid-19 masih berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan, baik dari sisi finansial maupun operasional.
Dia melanjutkan, pembatasan kegiatan penerbangan semakin menekan perbaikan kinerja industri penerbangan, dan khususnya bisnis MRO (Maintanace, Repair, Overhaul). "Penurunan biaya utamanya didorong oleh penurunan biaya akibat kegiatan produksi yang belum optimal dan penerapan efisiensi di semua lini bisnis Perusahaan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News