IHSG - JAKARTA. Ada sejumlah sentimen yang akan memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini. Salah satunya adalah penyelenggaraan FOMC Meeting bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed pada 27-28 Juli 2021.
Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo melihat, pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan tetap bersikap dovish. The Fed diprediksi akan mempertahankan kebijakan moneter longgar dengan menunda kenaikan suku bunga.
Menurut Wisnu, sebenarnya lebih dari 80% emiten anggota indeks S&P 500 yang telah mempublikasikan laporan keuangan kuartal II-2021 memperlihatkan kinerja di atas ekspekstasi. "Akan tetapi, masih ada kekhawatiran dari pengangguran atau serapan lapangan kerja yang belum begitu kuat sehingga The Fed belum percaya diri untuk menaikkan suku bunga," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (25/7).
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga menuturkan, konsensus memprediksi suku bunga The Fed akan tetap dipertahankan di level 0,25. Hal ini seperti yang telah disampaikan oleh The Fed sebelumnya, bahwa era suku bunga rendah akan berlaku hingga kurang lebih 2023 demi mendukung pemulihan ekonomi global akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga: IHSG diprediksi kembali naik pada perdagangan Senin (26/7), berikut sentimennya
Namun, sebenarnya para investor juga sedang mewaspadai kondisi perekonomian AS. "Seperti diketahui, tingkat inflasi terus bertambah sehingga ada kewaspadaan bahwa The Fed akan mengetatkan kebijakan moneternya," kata Herditya.
Wisnu menambahkan, sentimen IHSG pekan ini tidak hanya berasal dari FOMC Meeting The Fed tapi juga dari perkembangan kasus Covid-19 dan kebijakan pandemi di dalam negeri. Menurut Wisnu, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diperpanjang sampai dengan 2 Agustus 2021 akan menjadis sentimen negatif IHSG.
Pasalnya, hal ini akan semakin memberbesar potensi turunnya pertumbuhan ekonomi. "Di saat yang sama, jumlah kematian Covid-19 sudah di atas 1.000 per hari. Itu jadi kekhawatiran tersendiri apalagi Indonesia kini dianggap sebagai episentrum Covid-19 di Asia," kata dia.
Lebih lanjut, IHSG juga akan dipengaruhi oleh adanya stimulus tambahan dari pemerintah, terutama bantuan untuk masyarakat bawah yang dapat mendorong daya beli. Sentimen lainnya berasal dari eksternal, yakni rilis data indeks manufaktur Euro Area, Jerman, dan AS yang diperkirakan bertahan di atas level 60.
Meskipun begitu, Wisnu melihat sentimen domestik lebih besar memengaruhi pergerakan IHSG pekan ini. Oleh sebab itu, ia memprediksi IHSG akan bergerak sideways cenderung menurun dengan support di level 6.000 dan resistance 6.200.
Menurut dia, kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh para trader untuk memperdagangkan saham-saham yang fluktuasinya mnarik. Sementara investor jangka panjang dapat melakukan cicil beli pada saham yang terkoreksi cukup dalam tapi memiliki peluang pullback yang cukup besar.
Ia melihat, saham sektor komoditas seperti batubara, nikel, dan CPO menari untuk dicermati. Pasalnya, saham-saham pertambangan batubara masih ada peluang kenaikan harga meski ada potensi ambil keuntungan, saham nikel akan uji all time high, sementara CPO mulai beranjak perlahan. Wisnu juga menyarankan investor untuk mencermati saham-saham yang terkait dengan sentimen bank digital dan teknologi.
Sementara itu, secara teknikal, Herditya memperkirakan, pergerakan IHSG selama sepekan ini akan cenderung menguat terbatas dengan rentang support-resistance 6.070-6.150. "Namun demikian, investor perlu tetap mewaspadai support terdekat IHSG di 5.947," kata dia.
Terkait dengan saham pilihan, Herditya menyarankan investor untuk mencermati saham-saham sektor telekomunikasi dan kesehatan yang secara teknikal masih menunjukkan potensi kenaikan harga.
Selanjutnya: Asing catat net buy, IHSG mampu bertahan di atas 6.100
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News