EMITEN - JAKARTA. PT Tiga Pilar Serjahtera Food Tbk (AISA) kembali fokus pada bisnis setelah berhasil menyelesaikan persoalan utang. Tahun ini, Tiga Pilar berencana meluncurkan varian baru untuk tiga produknya, yakni Bihunku, Taro, dan Mie Superior.
Michael Hadylaya, Sekretaris Perusahaan AISA menyebut, pihaknya bisa lebih fokus pada bisnis tahun ini setelah penyelesaian restrukturisasi utang tahun lalu. Di sisi lain, AISA juga memilih lebih berhati-hati dalam melihat kondisi pasar, terlebih setelah terjadi pandemi.
"Kami perlu melihat kondisi pasar dan implikasinya terhadap apa yang dibutuhkan pasar sebelum meluncurkan produk baru," terang Michael kepada Kontan.co.id, Senin (15/2).
Marco Antonius, analis RHB Sekuritas memperkirakan, dampak krisis yang sebelumnya sempat terjadi masih akan terefleksikan dari laporan keuangan AISA periode 2020. Pada periode ini, AISA diperkirakan masih mencatat kerugian.
Baca Juga: Tiga Pilar (AISA) kembali fokus pada bisnis
"Tapi, kondisinya akan berbalik menjadi untung Rp 150 miliar," kata Marco dalam riset 15 Februari. Tentunya dengan sejumlah syarat.
Menurut Marco, peluncuran varian baru perlu untuk menjaga pangsa pasar. Menjaga biaya iklan dan promosi atawa advertising and promotion (A&P) pada level 17%-18% dari total penjualan juga penting untuk menjaga margin.
Penjualan AISA hingga akhir tahun diperkirakan sebesar Rp 1,87 triliun. Dengan level A&P tersebut, AISA masih mampu mengantongi margin sekitar 8%. "Setiap penurunan 1% A&P akan meningkatkan laba bersih AISA 12,5%," imbuh Marco.
Baca Juga: Terkait kasus suap bansos, AISA: Tiga Pilar Agro Utama tidak terafiliasi dengan kami
Laba bersih Rp 150 miliar juga lebih realistis tercapai jika AISA mampu mengurangi biaya bunga hingga Rp 102 miliar sepanjang tahun ini. Meski begitu, soal utang sudah tak lagi menjadi isu utama AISA.
Masuknya FKS Group sebagai pemegang saham mayoritas berhasil membuat AISA mengurangi beban utang menjadi hanya Rp 200 miliar. Sebelumnya, beban AISA mencapai Rp 2,1 triliun.
Dengan segala restrukturisasi utang yang telah dilakukan, AISA diperkirakan mampu menghemat beban bunga Rp 8 miliar-Rp 9 miliar per bulan. Keberadaan FKS juga membuat AISA lebih mudah mendatangkan bahan baku yang lebih murah dibanding pemasok yang ada selama ini.
Baca Juga: Realisasi Private Placement Tiga Pilar (AISA) Sudah Mencapai Rp 949 Miliar
Dengan mempertimbangkan kondisi fundamental, harga wajar AISA seharusnya Rp 472 per saham. Artinya, harga saham AISA yang saat ini di level Rp 294 per saham sudah terdiskon sekitar 38%.
Dengan level tersebut, price to earning ratio AISA juga hanya sekitar 17 kali, terdiskon 42% dibanding rata-rata PER industrinya. Meski belum menetapkan rating untuk saham AISA, namun dengan valuasi yang ada, Marco menilai saham AISA merupakan yang termurah di industrinya.
Baca Juga: Akhir November, Tiga Pilar (AISA) lanjutkan pencatatan saham tambahan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News