Tujuh Saham Cum Date Dividen Pekan Depan, Simak Rekomendasi Saham dari Analis

Minggu, 24 April 2022 | 17:56 WIB   Reporter: Kenia Intan
Tujuh Saham Cum Date Dividen Pekan Depan, Simak Rekomendasi Saham dari Analis

ILUSTRASI. Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (11/3/2022). ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.


REKOMENDASI SAHAM - JAKARTA. Memasuki pekan terakhir bulan April 2022, saham-saham yang akan membagikan dividen masih ramai. Sepenelusuran Kontan.co.id, terdapat tujuh saham yang akan cum date dividen pekan depan. 

Saham-saham itu adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON). 

Walaupun cum date dividen masih semarak di pekan depan, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandu Dewanto beranggapan sudah terlambat bagi investor untuk memaksimalkan keuntungan dengan memanfaatkan momentum pembagian dividen saham-saham tersebut.

"Kami lihat sudah agak terlambat jika ingin memanfaatkan momentum dengan membeli mendekati tanggal cum date karena biasanya sudah terjadi kenaikan bahkan sejak sebelum RUPS," ungkap Pandu kepada Kontan.co.id, Minggu (24/4). 

Baca Juga: Rebalancing Indeks MSCI Indonesia, Tiga Saham Ini Diprediksi Jadi Anggota Baru

Sepanjang pengamatannya, investor sudah melakukan antisipasi. Ketika Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengumumkan pembagian dividen, investor sudah memiliki posisi di masing-masing saham. Peningkatan harga yang terjadi setelah RUPS memungkinkan terjadi apabila pembagian dividen lebih besar dari perkiraan. Hal ini menarik minat bagi investor lain.

Pandu mencontohkan saham ASII dan MLBI sebagai yang sudah mengalami penguatan harga sejak bulan Maret lalu. Sedangkan pasca RUPS, respon pasar tidak terlalu signifikan. 

Untuk  DSNG sebenarnya belum ada kenaikan. Akan tetapi, pekan lalu pemerintah mengumumkan larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO). Ini menjadi sentimen negatif yang berpotensi merusak momentum pembagian dividen. 

"Oleh karena itu, kami melihat kecenderungan untuk sell on strength pada saham-saham tersebut karena momentum yang relatif lemah menjelang cum date pekan depan," imbuh dia

Pandu menilai, saham yang baru cum date dividen di awal bulan Mei 2022 relatif lebih menarik. Misalnya saja, SRTG yang baru saja mengumumkan akan membagikan dividen Rp 813,89 miliar atau setara Rp 60 per saham di bulan Mei. 

Apalagi SRTG memiliki katalis positif berupa portofolio yang berkinerja baik sepanjang kuartal I 2022 dibanding periode yang sama tahun lalu. Portofolio SRTG yang dimaksud ADRO, MDKA, AGII, dan TBIG. Selama kinerja grup masih naik, SRTG berpotensi besar membukukan kenaikan laba. 

Baca Juga: Yuk Intip Rekomendasi Saham Sektor Telekomunikasi pada Indeks LQ45

Adapun Pandu menyarankan, bagi investor yang ingin memaksimalkan momentum pembagian dividen, mereka perlu mencermati pola kebijakan dividen masing-masing emiten. Di sisi lain, mencermati laporan keuangan tahun lalu, jika labanya bertumbuh kemungkinan besar dividen cenderung lebih besar. 

Selain itu, investor perlu memerhatikan posisi kas yang dimiliki dibandingkan dengan kebutuhan pendanaan tahun ini. Jika posisi kas besar, tentu akan lebih leluasa bagi emiten untuk membagikan dividen. Sebaliknya, jika kebutuhan pendanaan besar, bukan tidak mungkin perusahaan mengurungkan niat membagikan dividen sekalipun membukukan peningkatan laba dibanding tahun sebelumnya. 

Sementara itu, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Helen menambahkan, bagi investor yang tertarik memanfaatkan momentum pembagian dividen, perlu memperhatikan dividend yield dan likuiditas sahamnya. 

Selain itu, investor dapat memperhatikan emiten yang secara historis membagikan dividen secara teratur dengan dividen yield yang menarik setiap tahunnya. Ini bisa dilakukan dengan mencermati saham-saham konstituen Indeks High Dividend 20 (IDX HIDIV20). 

Asal tahu saja, IDX HIDIV20 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama tiga tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi. "Setelah menemukan saham yang memenuhi kriteria, dapat masuk dari jauh hari karena ada kecenderungan harga saham akan naik menjelang cum dividend," ujar Helen kepada Kontan.co.id, Minggu (24/4). 

Adapun saham juga memiliki kecenderungan penurunan harga pasca ex date. Oleh karena itu, investor perlu berhati-hati agar tidak  terkena dividend trap

Masih ada yang menarik untuk jangka panjang 
Apabila mengecualikan momentum pembagian dividen, Pandu melihat saham  ASII paling menarik untuk jangka panjang. Ini tidak terlepas dari kinerja kuat yang dibukukan ASII sepanjang tahun lalu. Di sisi lain, ASII merupakan market leader di sektor otomotif dan memiliki diversifikasi bisnis yang baik. 

Adapun anak usaha di sektor komoditas akan berkontribusi positif untuk kuartal pertama tahun ini karena harga komoditas yang bertahan di level lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Jika dilihat dari pendapatan dan laba tahun 2021 lalu pun, ASII hanya perlu selangkah lagi menuju rekor tertinggi sepanjang sejarah. Perkembangan ekonomi Indonesia yang semakin baik tahun ini diharapkan dapat tercermin pada kinerja keuangan ASII, sehingga bisa mencetak rekornya pada tahun ini. 

Pandu pun menargetkan ASII untuk 12 bulan ke depan di harga sekitar Rp 7.700 per saham. Akan tetapi, karena potensial upside hanya sekitar 9% maka untuk sementara ini rekomendasi hold terlebih dahulu.  "Mungkin jika terjadi koreksi mendekati level Rp 6.000 baru menarik untuk dilakukan buy on weakness," jelasnya lagi. 

Untuk emiten lain seperti MLBI dan TPIA, secara valuasi keduanya sudah mahal sehingga kurang menarik untuk jangka panjang karena potensi kenaikan harganya yang terbatas. 

Sementara untuk WTON dan WEGE, secara kinerja masih perlu dilihat terlebih dulu karena hingga akhir tahun lalu belum menunjukkan perbaikan signifikan, masih jauh dari level pra pandemi. Kemudian untuk DSNG, emiten itu masih menghadapi kebijakan larangan ekspor yang dapat berpotensi memangkas profit margin jika diberlakukan dalam waktu yang lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru