UNVR menjadi emiten penghuni Indeks LQ45 dengan tingkat profitabilitas tertinggi

Senin, 06 September 2021 | 05:50 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
UNVR menjadi emiten penghuni Indeks LQ45 dengan tingkat profitabilitas tertinggi


BURSA EFEK INDONESIA / BEI - JAKARTA. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menjadi emiten penghuni Indeks LQ45 dengan tingkat profitabilitas tertinggi. Hal ini dibuktikan dari tingkat return on asset (ROA) Unilever yang cukup tinggi, yakni 31,66%.

Meski demikian, prospek UNVR masih diberatkan oleh sejumlah sentimen negatif. Dalam risetnya yang dirlis 26 Juli 2021, Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin menyebut, ketatnya pemberlakuan pembatasan sosial yang mengganggu kegiatan ekonomi dapat melemahkan daya beli konsumen. Dus, Mimi berpendapat bahwa kuartal III-2021 masih menjadi periode yang menantang bagi UNVR.

Selain itu, kenaikan harga komoditas juga berpotensi terus menekan margin kotor UNVR. Mimi memperkirakan margin kotor UNVR tahun ini akan berada di angka 50,3%, menurun dari margin kotor di akhir 2020 yang mencapai 52,3%.  

Mimi juga merevisi  turun perkiraan pendapatan dan laba bersih UNVR tahun ini, sebagian besar karena penyesuaian penurunan estimasi terhadap pertumbuhan penjualan divisi Home and Personal Care (HPC) dan Foods & Refreshments (F&R) milik Unilever.

Baca Juga: Punya profitabilitas tinggi, analis rekomendasikan emiten-emiten ini

 

 

Mimi memperkirakan UNVR akan membukukan pendapatan sebesar Rp 39,9 triliun di tahun ini, menurun  7,2% dari tahun lalu. Namun, pendapatan UNVR diproyeksi akan naik 3,9% YoY di tahun depan. Dari sisi bottomline, Mimi memperkirakan laba bersih UNVR akan menurun 12,5% menjadi Rp 6,3 triliun di tahun ini dan naik 8,6% menjadi Rp6,8 triliun di 2022.

Analis Erdikha Elit Sekruitas Hendri Widiantoro menyebut, UNVR juga mempunyai return on equity (ROE) yang relatif stabil dan terus meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa efektifitas UNVR dalam menggunakan modal/ekuitasnya yang cukup efektif dalam menghasilkan laba. Namun, secara historikal ROA yang ditawarkan UNVR cenderung menurun karena efek liabilitas yang kian meningkat. 

“Selepas dari pertumbuhan ini, ada sedikit risiko mengenai potensi penurunan pendapatan di kala masih minimnya daya beli masyarakat dan efek pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM),” terang Hendri.

Di sisi lain, saham PT Erajaya Swasembada  Tbk (ERAA) dapat menjadi watchlist bagi investor, kendati ERAA mempunyai ROA dan ROE relatif kecil jika dibandingkan dengan UNVR. Namun, Hendri menyebut performa ROE dan ROA Erajaya relatif bertumbuh mulai dari tahun 2018 hingga sekarang

Return ERAA ke depannya juga diperkirakan akan terus meningkat, dimana permintaan barang elektronik di tengah pademi relatif tinggi serta ekspansi dan penetrasi pemasaran ERAA yang cukup masif. Ditambah lagi, dengan ekspektasi earnings yang masih positif terutama didorong oleh rencana rilis produk iPhone 13 pada September ini.

Mirae Asset Sekuritas menurunkan rekomendasi saham UNVR dari semula hold menjadi sell dengan target harga Rp 4.300 dari sebelumnya Rp 5.400. Hal ini seiring pandemi yang masih merebak dengan kasus baru harian yang masih relatif tinggi.

 

 

Mimi menyebut, meskipun price to earnings (P/E) UNVR saat ini sudah relatif jauh lebih rendah dari rata-rata historisnya, Mimi meyakini investor masih akan menganggap valuasi UNVR tidak cukup menarik. Setidaknya ada empat faktor yang dinilai membuat saham UNVR kurang atraktif.

Pertama, potensi pertumbuhan pendapatan yang relatif lebih lemah dengan perkiraan pertumbuhan laba bersih negatif untuk tahun ini. Kedua, kurangnya katalis positif bagi saham UNVR akibat pandemi yang berkepanjangan. 

Ketiga, adanya potensi aliran dana karena metode pembobotan indeks baru. Keempat,  P/E UNVR tahun 2021 yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan peers-nya di sektor consumer seperti ICBP, INDF, dan KLBF.

Selanjutnya: Gaet pecinta produk Apple, Erajaya (ERAA) tebar promosi di iBoxing Week Online 2021

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .

Terbaru