EMITEN - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatatkan kinerja yang cukup apik sepanjang tahun lalu. Badan usaha milik negara ini membukukan total volume penjualan sebesar 40,5 juta ton di 2021. Angka ini tumbuh tipis 1,6% secara year-on-year (YoY)
Mengutip laporan tahunan, Selasa (3/1), sebagian besar penjualan SMGR dikontribusikan dari penjualan regional, sehingga meningkatkan porsi penjualan regional dan klinker. Secara rinci, penjualan domestik tahun lalu (termasuk penjualan klinker) sebesar 32,2 juta ton, naik tipis 0,1% dari penjualan domestik di 2020 sebesar 32,2 juta ton.
Sementara itu, penjualan di regional mencetak angka 8,3 juta ton atau naik 7,7% secara tahunan.
Berdasarkan jenis produk, penjualan semen di tahun 2021 sebesar 33,8 juta ton atau naik tipis 0,1% dari sebelumnya 33,7 juta ton di 2020. Sementara penjualan klinker naik 9,4% menjadi 6,7 juta ton dari sebelumnya 6,1 juta ton.
Baca Juga: Pendapatan Semen Indonesia (SMGR) Turun Menjadi Rp 34,95 Triliun di 2021
Naiknya penjualan SMGR berbarengan dengan naiknya angka penjualan semen secara domestik. Permintaan nasional sepanjang 2021 tumbuh 4,3% secara tahunan menjadi 65,2 juta ton. Akan tetapi, angka pertumbuhan ini masih terkontraksi 6,8% dari masa sebelum pandemi (2019).
Pertumbuhan tersebut lebih banyak disumbangkan dari permintaan semen kantong (bag). Permintaan di luar Jawa mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah Jawa. Konsumsi di Jawa tercatat sebesar 34,7 juta ton atau hanya tumbuh 2,6% yoy, sementara konsumsi di wilayah luar Jawa hanya 30,5 juta ton namun berhasil tumbuh hingga 6,3% yoy.
Manajemen menilai masih terdapat sejumlah tantangan industri semen di tahun ini. Salah satunya yakni meningkatnya persaingan akibat kelebihan pasokan dan permintaan yang lebih rendah pasca pandemi. “Ada pula kenaikan harga batubara yang memberikan tekanan lebih kepada industri semen,” tulis manajemen SMGR.
Meski secara volume berhasil tumbuh, kinerja keuangan SMGR mengalami kontraksi tahun lalu. SMGR membukukan pendapatan sebesar Rp 34,95 triliun pada tahun 2021. Jumlah ini melemah 0,62% dibandingkan pendapatan perusahaan pada tahun 2020 sebesar Rp 35,17 triliun.
Hingga akhir tahun 2021, produsen semen semen Gresik ini meraup laba bersih tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,02 triliun atau turun 27,33% dari capaian di tahun 2020 sebesar Rp 2,78 triliun.
Baca Juga: Triniti Land (TRIN) Kembangkan 246 Hektare Lahan di Tanamori Labuan Bajo
Manajemen menyebut, laba bersih yang lebih rendah sebesar Rp 771 miliar dipengaruhi oleh penurunan harga jual rata-rata campuran atau blended average selling price (ASP), kenaikan biaya bahan bakar, dan peningkatan beban pajak yang ditangguhkan.
Penurunan blended ASP terkait dengan semakin agresifnya pemain yang menjual semen dengan harga murah yang perlu direspons dengan menerapkan kebijakan strategi multi brand secara selektif pada tahun 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News