WALL STREET - NEW YORK. Wall Street tak bertenaga setelah saham perbankan ambruk pada perdagangan awal pekan ini. Dua dari tiga indeks utama pun ditutup melemah setelah investor khawatir tentang dampak lanjutan dari keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB).
Senin (13/3), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,28% menjadi 31.819,14, indeks S&P 500 melemah 0,15% ke 3.855,76 dan Nasdaq Composite menguat 0,45% ke 11.188,84.
Indeks Nasdaq sukses menguat karena beberapa sektor diuntungkan dari harapan Federal Reserve yang dapat mengurangi besaran kenaikan suku bunga.
Sementara itu, sektor utilitas yang defensif naik 1,54% sebagai salah satu sektor yang memiliki kinerja terbaik dari 11 sektor di indeks S&P. Sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti real estat dan teknologi juga naik.
Pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) kali ini masih mendapat pengaruh dari penutupan tiba-tiba pada SVB Financial SVB pada hari Jumat setelah gagal peningkatan modal. Ini membuat investor khawatir tentang risiko bank lain dari kenaikan suku bunga The Fed yang tajam selama setahun terakhir.
Baca Juga: Wall Street Turun di Awal Perdagangan Senin (13/3), Saham Perbankan AS Terguncang
Tetapi banyak yang berspekulasi bahwa bank sentral sekarang bisa menjadi kurang hawkish. Bahkan, imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun pun terlihat anjlok.
Selama akhir pekan, regulator AS turun tangan untuk mengembalikan kepercayaan investor pada sistem perbankan, dengan mengatakan deposan SVB akan memiliki akses ke dana mereka pada hari Senin.
Bagi sebagian investor, keputusan The Fed minggu depan juga akan bergantung pada data inflasi yang akan dirilis di pekan ini.
"Jika kita mendapatkan Indeks Harga Konsumen dan Indeks Harga Produsen yang sangat buruk, The Fed akan berada di posisi yang sulit atau posisi yang jauh lebih sulit bahkan di depan angka tersebut," kata Orion Advisor Solutions CIO Timothy Holland.
Data CPI akan dirilis pada hari Selasa dan PPI pada hari Rabu.
"Pasar sekarang mengharapkan bahwa The Fed kemungkinan tidak menaikkan suku bunga bulan ini sehingga mereka dapat memasuki periode jeda," kata Peter Cardillo, Chief Market Economist di Spartan Capital Securities.
Saham rekanan SVB, Signature Bank, yang juga ditutup oleh regulator pada hari Minggu (12/3), dihentikan. Nasdaq mengatakan, mereka akan tetap demikian sampai permintaan bursa untuk informasi tambahan "sepenuhnya terpenuhi."
Baca Juga: Perusahaan-Perusahaan yang Terkena Dampak Runtuhnya SVB
Presiden AS Joe Biden berjanji untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap sistem perbankan.
Pada perdagangan sesi ini, saham First Republic Bank anjlok 61,83% karena berita pembiayaan baru gagal meyakinkan investor. Sementara saham Western Alliance Bancorp dan PacWest Bancorp masing-masing turun 47,06% dan 21,05%. Perdagangan saham dihentikan beberapa kali.
Sementara itu, saham Charles Schwab yang jatuh 11,56% membebani indeks S&P 500. Saham Charles Schwab melemah setelah perusahaan jasa keuangan itu melaporkan penurunan saldo margin rata-rata sebesar 28% dan penurunan total aset klien sebesar 4% untuk bulan Februari.
Saham bank-bank besar AS, termasuk JPMorgan Chase & Co, Citigroup, dan Wells Fargo semuanya melemah. Indeks Perbankan S&P turun 7%, persentase penurunan satu hari terbesar sejak 11 Juni 2020.
Indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, naik 1,72 poin menjadi 26,52 setelah sebelumnya mencapai 30,81, tertinggi sejak akhir Oktober.
Baca Juga: Terseret SVB, Saham Perbankan AS Longsor, Saham First Republic Bank Jatuh Terdalam
Pedagang sekarang sebagian besar menghargai kenaikan suku bunga 25 basis poin dari The Fed pada bulan Maret, dengan taruhan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada level mereka saat ini berdiri di 44,4%.
Di antara saham individu, saham Pfizer Inc naik 1,19% setelah pembuat obat itu mengatakan akan membeli Seagen Inc senilai hampir US$ 43 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News