EMITEN - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) tahun ini akan lebih fokus untuk menyelesaikan divestasi terlebih dahulu dan mengurangi rencana investasi. Emiten pelat merah ini akan menggunakan dana hasil divestasi untuk membiayai anggaran belanja modal.
WSKT menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 11 triliun di tahun ini. Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono menyebutkan, sumber pendanaan capex tahun ini akan berasal dari divestasi tol di tahun ini dan melalui pinjaman perbankan. "Pendanaannya juga dari divestasi tadi. Kemudian juga dari lembaga keuangan atau perbankan setelah restrukturisasi selesai," kata Destiawan, Kamis (21/1).
Destiawan mengatakan, Waskita akan menggunakan mayoritas anggaran capex tahun ini untuk penyelesaian beberapa ruas tol yang diperoleh, salah satunya jalan Tol Jogja-Bawen. Secara rinci, dari jumlah Rp 11 triliun tersebut sebanyak 83% akan digunakan untuk kebutuhan jalan tol, 11% untuk Waskita Realty, 4% untuk konstruksi, 1% untuk beton precast dan sisanya untuk infrastruktur lain.
Tahun ini, Waskita Karya menargetkan bisa mengantongi kontrak baru sebesar Rp 31 triliun-Rp 32 triliun. Dari jumlah tersebut Waskita Karya hanya menargetkan 15% untuk pengembangan bisnis. Sedangkan paling banyak diharapkan dari pemerintah yaitu 32%, swasta dalam negeri 23%, BUMN/BUMD 22% dan 7% swasta luar negeri.
Baca Juga: Ini enam ruas tol Waskita Karya (WSKT) yang sudah dilirik investor
Asal tahu, Waskita Karya berencana melakukan divestasi sembilan hingga 11 ruas tol di tahun ini. Sebagian dari ruas tol ini sebenarnya sudah dilaksanakan negosiasi sejak 2020 namun tertunda karena pandemi Covid-19.
Destiawan mengatakan, pihaknya sudah mendiskusikan enam ruas tol secara intensif dengan pihak investor. Sebanyak dua ruas tol merupakan transaksi dengan investor asing yaitu Tol Kayu Agung-Palembang-Betung dan Tol Ciawi-Sukabumi. Waskita Karya mengempit 98,19% saham pada dua ruas tol ini.
Kemudian empat ruas tol ditransaksikan dengan investor domestik yaitu Tol Cibitung-Tanjung Priok sepanjang 34 km dengan kepemilikan 55%, Tol Cinere-Serpong sepanjang 10,1 km dengan kepemilikan 35%, Tol Batang-Semarang sepanjang 75 km dengan kepemilikan 40% dan Tol Krian-Legundi-Bunder sepanjang 38,3 km dengan kepemilikan 99,82%.
"Sudah ada negosiasi di akhir tahun lalu, yang diharapkan investor adalah trafiknya seperti apa setelah Covid-19, ini yang ditinjau maka mengalami penundaan," kata Destiawan.
Baca Juga: SWF jadi angin segar bagi sektor konstruksi, bagaimana valuasi BUMN Karya saat ini?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News