IHSG - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan diwarnai sejumlah sentimen di bulan Mei ini. Pasar langsung dihadapkan dengan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 2-3 Mei 2023 terkait keputusan suku bunga The Fed.
Selanjutnya, investor akan mencermati sejauh mana sentimen "Sell in May and Go Away" bisa menggoyang pasar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri sempat melesat usai libur Idul Fitri, meski akhirnya tertahan dengan penurunan 0,43% pada perdagangan Jum'at (28/4).
Hasil itu membawa IHSG ke posisi 6.915,71 di akhir bulan April, mengakumulasi penguatan 3,35% dalam sebulan. Analis mengamati sejumlah faktor yang secara signifikan mendorong IHSG kembali melaju di jalur hijau.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani, menyoroti katalis penting penggerak IHSG berasal dari optimisme pasar terhadap rilis laporan keuangan emiten pada kuartal pertama 2023. Sejauh ini, kinerja emiten relatif positif bahkan di atas ekspektasi.
Momentum ini masih berimpitan dengan masa pembagian dividen dengan rasio dividend yield yang terbilang jumbo. Selain itu, kondisi makro ekonomi Indonesia juga turut menopang pergerakan pasar.
Mulai dari indeks PMI manufaktur yang masih dalam tren ekspansif, Indeks Keyakinan Konsumen pada level optimis, hingga posisi cadangan devisa yang masih kuat. Laju inflasi pun terjaga atau masih dalam rentang target Bank Indonesia (BI), sehingga mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI7DRR) pada level 5,75%.
Baca Juga: IHSG Naik 1,42% dalam Sepekan, Cermati Sentimen Penggerak untuk Pekan Depan
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menambahkan, tren penguatan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut menjadi katalis positif di pasar saham. Hanya saja, Praska punya catatan bahwa penguatan IHSG usai libur Lebaran di akhir April akan berlangsung sesaat.
Sebab, pelaku pasar masih cenderung wait and see menanti rilis sejumlah data ekonomi. Terutama yang datang dari Negeri Paman Sam, termasuk keputusan suku bunga The Fed. Antisipasi pelaku pasar terhadap hal tersebut akan berdampak pada pergerakan IHSG di awal Mei.
"Namun dengan hasil positif kinerja kuartal I-2023 sejumlah emiten, seperti sektor perbankan, cukup memberikan sentimen optimis terhadap tren IHSG untuk tidak mengalami koreksi signifikan," kata Praska kepada Kontan.co.id, Senin (1/5).
Apalagi, pasar melihat peluang kenaikan suku bunga acuan AS Mei ini akan lebih rendah dari perkiraan awal atau hanya sebesar 25 basis points (bps). Chisty punya pandangan serupa, jika kenaikan suku bunga The Fed sesuai ekspektasi 25 bps, maka dampaknya tidak terlalu signifikan menekan pasar saham.
"Jika The Fed menahan kenaikan suku bunga acuan atau cenderung lebih dovish, tentu dapat menjadi katalis yang cukup positif," imbuh Chisty.
Sell In May and Go Away?
Di sisi yang lain, sentimen "Sell in May and Go Away" cenderung membayangi pasar saham. Secara historis dalam lima tahun terakhir, hanya pada Mei 2020 IHSG bergerak positif dengan penguatan 0,79%.
Sedangkan pada tahun 2018, IHSG terkoreksi 3,14%. Tahun 2019 IHSG ambles 3,81%, 2021 turun 0,80% dan pada tahun 2022 terjadi pelemahan 1,11%.
"Untuk Mei 2023 ini, pergerakan IHSG berpeluang positif dengan mempertimbangkan sejumlah faktor dan katalis pendorongnya," ungkap Chisty.
Dia memprediksi IHSG masih berpotensi menguat terbatas dalam rentang 6.735 – 6.995. Praska sepakat, sentimen Sell In May and Go Away, akan relatif minim pada tahun ini. Terdorong oleh katalis eksternal dan domestik.
Mulai dari kenaikan suku bunga The Fed yang berpotensi tidak seagresif perkiraan awal, penguatan rupiah terhadap dolar AS, ekspektasi suku bunga acuan BI masih tetap stabil, hingga peningkatan arus dana investasi asing ke pasar modal domestik.
"Hal ini turut menjaga IHSG tetap berada dalam tren bullish untuk jangka pendek hingga menengah," kata Praska.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Big Caps Jagoan Analis Berikut Ini
Sedangkan Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, melihat adanya potensi koreksi minor IHSG pada bulan Mei. Setelah itu, pasar berpeluang melanjutkan penguatan sampai akhir tahun 2023.
Dalam skenario positif, peluang IHSG kembali menembus level 7.000 masih terbuka di bulan ini. Perhitungan Daniel, support kuat IHSG ada di sekitar area 6.742 dan resistance kuat ada di sekitar 7.064.
Rekomendasi Saham
Daniel menjagokan sejumlah sektor dan saham yang layak beli di bulan Mei. Pelaku pasar bisa mencermati emiten komoditas minyak dengan saham PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Kemudian di sektor consumer ada saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Lalu buy on weakness sektor konstruksi pada saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP).
Daniel menyarankan untuk take profit terlebih dulu terhadap saham big caps perbankan yang sudah naik cukup tinggi seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Praska turut melihat saham BUMN karya bisa menjadi alternatif. Selain WIKA dan PTPP, saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) juga layak dicermati. Selain itu, Praska merekomendasikan PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Perusahan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT ABM Investama Tbk (ABMM).
Sementara itu, Chisty menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Kemudian buy on weakness saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Baca Juga: Ini Top Gainers dan Top Losers IHSG Sepekan Terakhir April 2023
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News